Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 3: Suami Keparat atau Istri Psikopat?

2 Mei 2021   04:35 Diperbarui: 2 Mei 2021   05:08 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thenakedlifecoach.com

Kelompok pengarang itu berkumpul pada Minggu pagi.

Singkong bakar terasa pahit. Lely bereksperimen dengan teh herbal.

Mereka berkumpul di ruang tamu, di dekat jendela yang terkunci mati. Ani, yang tidak pernah lupa kisah Mahabratha, berkata, "Mengapa tidak ada lagi dongeng dengan akhir bahagia selamanya?"

Semua orang mengangguk, berebut berceloteh.

"Jika terserah aku," kata Bay, "Rama sebaiknya disiksa sampai mati oleh KGB."

"Lebih baik lagi oleh harimau," Rita memprotes. "Penjara terlalu bagus untuknya."

Kesepakatan yang kuat.

Kopi didinginkan dengan cara ditumpahkan ke piring kecil. Uap yang menguar menebarkan harum defekasi luwak dari dataran tinggi jauh di seberang pulau.

Kelompok ini sangat menjunjung semangat persatuan musyawarah dan mufakat. Mereka jarang berselisih pendapat, lebih memilih menggabungkan kekuatan pikiran dalam menangani plot untuk kelanjutan naskah novel pada putaran berikutnya. Sudah seminggu berlalu setelah mereka menyelesaikan putaran keduabelas round-robin 'Suami Keparat atau Istri Psikopat?' yang digagas Bay.

Icha datang melambaikan novel Kamp 13.5 karangan Mahiwal. "Di sini, halaman 119!"

Mereka berkerumun melihat. Hilang sudah penyesalan Rita yang terlambat saat dia membaca paragraf yang bermain tentang akhir petualangan Devi menuju antiklimaks. Sebagai gantinya adalah deskripsi grafis dari penderitaan di saat menemukan bahwa kecerdasan buatan yang diciptakan kakek tokoh protagonis ternyata bohong belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun