Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pocong di Pantai

28 April 2021   20:38 Diperbarui: 28 April 2021   21:05 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest/Arzu Gul

Pocong melompat-lompat menyusuri pantai. (Sungguh, aku ingin memberitahu nama pantainya seperti yang tertera di Google Maps versi terbaru, tapi katanya tidak etis menyebutkan lokasi karena bisa menyinggung warga lokal. Buntutnya berupa tuntutan permintaan maaf di atas materai).

Saat itu awal musim kemarau. Dia memakai kacamata hitam dan topi lebar untuk menutupi kapas yang menutupi lubang-lubang di wajahnya. Tidak, dia bukan dari kesatuan. Bukan juga aparat.

Cuaca hangat, di hari musim kemarau tahun 80-an. Tepatnya 2084.

Pocong itu baru saja memulai liburan semester. Ya, Dia seorang guru seni di sekolah menengah setempat. Dia bermain gitar.

Burung camar melayang di sekitar tebing. Sekelompok tuyul bermain bola voli pantai di atas pasir. Pohon kelapa menjulang berjajar di pinggir pantai.

Pocong itu melompat tanpa peduli dunia atau bukan dunia.

Dia sebetulnya ingin berlibur ke pantai lain di pulau lain liburan itu, tetapi untuk saat ini dia puas hanya dengan bersantai di pantai terdekat.

Dia melompat melewati beberapa penjual lukisan di trotoar dekat lapak penjual kelapa muda. (Tadi aku menulis 'kepala muda', tapi segera kuganti).

Seorang kuntilanak menjual gambar impresionisme tentang seorang kuntilanak memegang lukisan impresionisme di trotoar lapak penjual kelapa muda bawah pohon kelapa yang menjulang dengan matahari bersinar di tangannya. (Yang 'ditangannya' adalah lukisan,  bukan matahari).

Si Pocong terkesan. Dia melihat jin ifrit menjual gambar hitam-putih dari Bob Marley dan daun mariyuana. Dia terkekeh dan terus melompat. Di sepanjang pantai, berbagai makhluk gaib mengendarai ATV, menunggang kuda, berjemur, dan memasang tali pengikat. Pocong merasa pantai sebagai rumahnya.

Kemudian dia memutuskan untuk makan cumi bakar. Dia mengunjungi lapak seafood favoritnya: Awak Bangai. Dia memesan cumi bakar dan kerapu asam manis dan kelapa muda. Saat makan, dia melihat mural di reruntuhan benteng peninggalan penjajah. Salah satu artis grafiti lokal, "Gentuet Hayeu," melukis raptor genderuwo di dinding. Warna merah pecah dan pirus lazuli itu disandingkan dengan burung gagak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun