Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 2: Berbagi Cerita Minggu Pagi

25 April 2021   03:59 Diperbarui: 25 April 2021   10:32 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggeliat terbangun oleh denting notifikasi dari ponsel yang dibiarkan mengisi ulang daya semalaman, dia membuka Facebook. Klik menyukai, mengomentari, dan membagikan status yang menarik minat.

Minatnya banyak.

Cuitan di twitter dibaca satu-satu. Dua thread panjang cerita 'kisah nyata' creepy pasta yang membuatnya tertawa. Tagar terpopuler #CeritaMingguPagi.

Berpindah ke youtube mencari cover song dengan view terbanyak. Terselip konten tak lucu dari selebriti redup pesona dimangsa masa. TikTok masih diisi deretan joget ganjil dengan backsound seragam dan lipsinc ceramah agama.  

Diputarnya beberapa album mix beberapa DJ dengan banyak pengikut di SoundCloud. 

WhatsApp dan Telegram sepi. Mungkin anggota grup alumni  sekolahnya nun jauh di ujung negeri masih terlelap dalam mimpi.   

Di LinkedIn, mantan kekasihnya mengiriminya permintaan. Dia menerimanya dan memeriksa profilnya. Siapa nama istrinya? Dia pindah pekerjaan. Jabatannya merupakan penurunan dari yang terakhir, tetapi kota tempat dia tinggal di dataran tinggi timur terlihat bagus. 

Pesan surel muncul. Dia tidak ingat lagi katakuncinya. Bahkan dia tidak ingat kalau punya surel yang kini terbuka karena pengingat password otomatis. 

Surel? Kuno! 

Surat tentang kepuasan pelanggan aplikasi belanja daring. Dia mengirimkan tanggapan standar dan kemudian kembali ke Facebook untuk memeriksa pembaharuan.

Temannya hamil. Dia memberi tanda hati sebelum menggulir ke bawah. Ibu seorang teman meninggal. Menyentuh tanda bersedih sebelum menuliskan kalimat dukacita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun