Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengakuan Seorang Ayah

12 November 2020   20:52 Diperbarui: 12 November 2020   20:59 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami hanyalah remaja yang sedang mencari jati diri.

Bocah-bocah berhati baja dengan mata nyalang menantang dunia. Kami melepaskan tali dari sepatu Warrior dan menjadikannya pengganti sabuk. Rambut kami gondrong sebagian, dan kalau tertangkap polisi, kepala kami digunduli hingga lecet-lecet botak licin berkilau bagai telur pindang. Yang tatonya paling banyak menjadi ketua gang. Jaket kulit dengan gambar tengkorak bersayap tak pernah lepas dari badan bahkan saat kami tidur di bangku taman. Tembok kota kami nodai dengan nama gang yang ditulis dengan cat semprot. Kami melempari lampu jalanan, membongkar telepon umum untuk mendapatkan koin logam, dan menyeka darah yang mengucur dari luka kami. Ibu kami tidak mengenali kami lagi. Tinju kami selalu terkepal, rantai dan roda berputar. Musik kami keras, dan keras adalah hidup kami.

Saat itu tahun 1971. Kami hanyalah anak-anak. Hanya itu yang kami tahu.

Selamat Hari Ayah!

Cakung, 12 November 2020

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun