Kamu menemukan bros berbentuk kerangka putri duyung di kursi tempat dia duduk tadi.
Kamu ingin menyerahkannya pada salah seorang Polsuska, tetapi dia terlalu sibuk mondar-mandir memperingati penumpang untuk menjaga jarak.
Kata 'Putri' digravir pada bagian belakang bros nyaris tak terbaca, dan kamu ingat dia mengatakan 'Gunung Putri' ketika seorang ibu yang kepo menanyakan tempat tinggalnya.
Kamu memutuskan untuk menemukan Putri untuk mengembalikan bros tersebut. Kebetulan hari ini kamu tak terlalu sibuk.
Kamu menanyakan arah pada orang-orang.
"Gunung Putri? Maaf, saya orang baru."
"Gunung Putri? Hmmm ... dari sini, eh ... saya enggak tahu."
"Maaf, saya buru-buru."
"Naik saja KRL, Gunung Putri setelah Citayam," kata seorang lelaki keriput yang usianya mungkin lebih tua dari Balaikota.
Kamu kembali ke stasiun Manggarai dan naik kereta yang menuju Bogor. Kamu sampai di Bogor tanpa melewati Gunung Putri. Mungkin kamu tertidur. Atau mungkin saat mampir sepersekian detik di Stasiun Gunung Putri, pengeras suara internal sedang ngadat?
Kamu melihat kereta lain menuju Jakarta Kota. Kamu bergegas turun dan melemparkan badanmu ke atas kereta tersebut tepat sebelum pintu menutup. Terengah-engah, kamu berdiri di dekat pintu mengintip ke luar, takut Gunung Putri terlewat lagi. Namun tetap saja, kereta berhenti di stasiun Citayam tanpa ada tanda-tanda keberadaan stasiun yang kamu tuju sebelumnya. Apakah kamu sekejap tertidur saat berdiri?