Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wayang Kulit

28 Juni 2019   03:31 Diperbarui: 28 Juni 2019   04:23 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.indonesia.travel

Dia menciptakan mesin yang menyelam ke dalam lautan untuk bertemu para duyung, membangun layang-layang yang cukup besar untuk membawa Maharaja ke awan, mengimpor hewan-hewan yang hanya ada di benua kabut dingin, namun tidak ada yang bisa menyenangkan Maharaja.

Merasa lelah, punakawan pulang ke rumah. Dalam perjalanannya dia melihat dua anak bermain dengan boneka kulit.

Sebagai seorang punakawan yang bijaksana dan tak pernah lupa untuk bernafas dan bergembira, bahkan di saat yang paling gelap ini, dia berhenti untuk memperhatikan anak-anak itu. Saat dia melihat, matanya berpindah dari boneka-boneka kecil ke bayangan mereka di dinding, dan di sana dia melihat dua bayangan menari seolah-olah hidup.

Punakawan yang bijaksana bergegas pulang dan sepanjang malam dia membuat layar pertunjukan wayang kulit pertama di mayapada, terbuat dari bentang kain mori. Dia mengukir kulit menjadi wayang, diwarnai dengan kelir yang rumit dan indah. Dia memotong jepit sanggul istrinya untuk membuat tangkai.

Saat fajar tiba, dia membangunkan Maharaja dari tidurnya dengan nyanyian, tarian, dan kisah kehidupan permaisuri yang ditampilkannya dalam bentuk bayangan.

Air mata Maharaja bercucuran penuh sukacita ketika melihat kekasihnya dihidupkan kembali dalam cerita dan nyanyian.

"Tunjukkan cara dia menari, oh pergelangan tangannya sangat ramping, persis seperti itu!"

"Kisahkan juga waktu dia mendorongku di kolam ikan," perintahnya.

Tunjukkan padaku. Ceritakan padaku, tunjukkan padaku, perintah Maharaja sampai airmatanya mengering berganti tawa bahagia. Dia menyentuh layar dengan tangannya saat bayangan permaisuri berkelip.

Dia mengetahui bahwa kisah-kisahnya tidak akan pernah sepenuhnya mati, mengetahui bahwa dia selalu bisa menari di ruang kenangan.

Dia menemukan kebahagiaan sekali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun