Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Intro Madah Jiwa

8 Mei 2019   12:04 Diperbarui: 8 Mei 2019   12:08 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/koyil

sendiri,
dia tak di sana sendirian
matanya yang gelap,
namun dahinya memancarkan cahaya
yang indah
menjadi satu ambigu
dua nada yang sama
sebelumnya tak terdengar
karna tuli jiwa.

siang hari beranjak mundur
seperti terniat umur
bagai gaung dari jauh
lansekap miskin papa negeri
suara yang tidak berbicara
tentang lali diri dari duniawi
yang tak tertahankan
menuju cahaya baru, ranah suci.

ini bukan perjalanan
untuk kaki seperti miliknya.
melihat ke dalam sukma,
suara itu bagaikan gema.
telah dibakar bara api
sudah dibasuh basah hujan
muncul dari pikiran
percik api dan air

namun malam hari, dia tahu
padamkan semua nyala
api neraka.
mungkin cahaya bukan tatapan
yang tidak bersalah

melainkan seorang anak pemberani
melompat ke seberang jurang
sadar jauh lebih sedikit nyali
daripada hujan.
seorang gadis rapuh seperti daun.
angin berhembus dan menyingkap selubung
wajah sekilas sembunyi

kelak, takkan ada orang lain
untuknya
dan dia akan di sana
sendiri.

Bandung, 30 April 2019

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun