Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Menulis, Karena

12 Juni 2021   07:07 Diperbarui: 12 Juni 2021   07:16 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dengan menulis ku jadi hidup
 menjalani pencarian
 menikmati rahmat Tuhan

dalam menyusun puisi
 kuberi makna pada aksara;
 suryakanta cermin jiwa, 
 sayap pada majas metamofora 
 bukan untuk bermasturbasi onani
 di batas dinding kamar terkunci pintu jendela
 atau pamer kelamin di ruang publik terbuka
 dan jika kau tak faham puisi 
 bukan salahku, seteru

kurangkai kata sebagai fiksi
 kisah putri raja atau perang bintang-
 nun di galaksi antah;
 satu caraku memandang realita
 yang kusembunyikan di balik kata
 jika kita sepikiran
 pastilah kau temukan itu
 dan jikapun tidak jua
 bukan khilafku, jelata

menyangkut perihal esai dan opini
 kugali dari fakta kemudian deduksi
 kuungkapkan jujur menghindar fallacy
 kuterima kritik mengedukasi
 tapi tidak pembenaran basi
 atau karena waham kebesaran-
 kau lari dari polemik, karena 
 di atas langit ada langit
 dan jika kau tak mengerti itu
 bukan pandirku, kawan

sebagai cantrik abadi sastra
 kukaji nilai kedalaman nuansa 
 labirin pemikiran akal budi manusia
 mungkin dari bubur ketan Sarjan
 atau ketukan kuasa palu hakim Sarpin 
 boleh jadi Langit Makin Mendung Ki Panji Kusmin,
 dan tak salah kalau kusebut V.S Naipaul
 hanya ingin singkapkan tirai cakrawala semata
 dan jika kau tak sampai ke sana,
 jangan tuding aku, guru

puisi, fiksi, esai dan opini, juga susatra
 pilihan diriku tulis caraku tulus hidupku tawaku murkaku tangisku sukaku pedihku senangku sedihku deritaku diamku getarku laraku ujarku nadaku ajarku keringatku ludahku. Aku. Aku. Aku.
 komedi di airmataku tragedi di gelak bahakku misteri di setiap karyaku.
 jika kau tak punya itu,
 bukan kuasaku, dermawan
 karena-

dengan menulis ku jadi hidup
 menjalani pencarian
 menikmati rahmat Tuhan

 

Bandung, 2 Maret 2016

 

Sumber ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun