Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Anak Tanggoel (Bagian II)

23 November 2019   13:27 Diperbarui: 27 November 2019   12:25 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai sekarang saya senang dengan ikan hias dan akuariumnya. Ada sebab yang membuat saya begitu senang dengan ikan hias yang seakan membawa ruang pikiran saya mundur jauh ke belakang di masa kecil. Tidak hanya kaitan dengan ikan hias tapi ada beberapa hal yang juga menarik untuk jadi tulisan dimana kawan-kawan juga ada yang melakukan hal yang sama dengan saya. 

Saya senang menulis dan menjadi "passion" serta anugrah  dari Allah SWT yang patut saya syukuri. Sampai sekarang saya belum pernah lagi melihat kolam ikan hias yang besar dan luas dengan dukungan mata rantai pedagang yang juga tinggal di rumah seperti yang Pak Kemat miliki saat saya kecil.

Edisi kali ini menyambung dari cerita sebelumnya di Cerita Anak Tanggoel I dengan setting cerita era 80-90an di kisaran tanggoel Menteng Atas Kebon Obat, selamat membaca.

Cari ikan di kurasan kolam

Tenteng serokan ikan di pagi yang sejuk bahkan matahari juga masih belum utuh keluar sinarnya tapi jadi pagi yang asyik. Arah tujuan sudah disetel ke kolam Pak Kemat yang punya jadwal kuras kolam ikan pagi. Kolam Pak Kemat (begitu kami memanggil namanya)  sangat banyak dan luas dan punya dua saluran kuras ke kali dan ke parit (got). Isinya ikan hias yang akan dijual oleh para pedagang gerobak ikan yang kebetulan juga tinggal di kamar-kamar yang disediakan Pak Kemat di dekat area kolam ikan hias.

Jadi pagi itu ramai sekali situasinya karena para pedagang ikannya juga sibuk menata,membersihkan toples ikan dan ganti air toples juga.Terus untuk apa saya disana ? ceritanya saya orang yang senang sama ikan tapi tidak mau beli. Saya senang cari ikannya lewat hasil kurasan kolam pak kemat. Dari lubang kurasan kolam ikan yang keluar lewat paralon ke parit saya halau dengan serokan ikan yang terbuat dari jaring halus.  Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan, yaitu betapa senangnya pas serokan diangkat beberapa ikan hias berhasil didapat.

Dalam istilah anak-anak waktu itu sebut saja black and Red molly, ikan pedang-pedangan, ikan hiu mini (patin) ikan mas koki, lele hias belang , Guppy dan lainnya. Masuklah ikan-ikan hasil serokan ke kaleng yang saya bawa. Kadang ikan hasil tangkapan saya suka dibeli sama pedagang ikan yang lagi berbaris menata toples dagangan ikannya. Senang lihat ikan hasil tangkapan masuk ke koleksi dan nambah semarak ikan yang sudah lebih dulu masuk kolam kecil yang dibuat ayah saya dibelakang rumah samping dapur. Mumpung masih pagi masih asyik nikmati sibuknya dunia anak. 

Bukan hanya main tapi sudah kepikir cari duit buat jajan. Nah ini juga tentunya jadi catatan penting tentang cepatnya perubahan iklim ( Global Climate change ) dimana ikan bisa menjadi indikator kesehatan lingkungan dan menjaga keseimbangan alam. Ikan yang ada di kali  tanggoel saat itu masih lumayan variatif masih mudah juga temukan selain ikan hias seperti  ikan sepat, nila, mujair, lele, ikan mas, gabus. Ikan sapu-sapu menjadi ikan yang sering ditemui seiring ikan yang sudah disebut sebelumnya menjadi langka dan pelan-pelan menghilang . Ikan sapu- sapu terkenal dengan daya tahannya sekalipun air keruh dan tercemar.

Dorong Gerobak

Anak tanggoel adalah anak yang punya banyak pilihan usaha, buat jajan dan tambahan pendapatan. Jembatan dimanapun adalah sarana tumbuhnya ekonomi dan penunjang berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari .

Ada jembatan yang jadi penghubung antara kebon obat dan pedurenan yaitu jembatan kuningan, jembatan ABRI dan jembatan Sengon. Jembatan yang jadi cerita kali ini tentunya Jembatan sengon. Jembatan sengon banyak menyimpan cerita baik karena pohon sengonnya maupun aktivitas yang terjadi dijembatan sengon. Ada sumber ekonomi yang hadir dari jembatan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun