Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Da'i Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

6 Oktober 2022   20:37 Diperbarui: 6 Oktober 2022   20:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari pro kontra dari manakah yang lebih dahulu dalam mengenalkan Islam ke Kepulauan Nusantara, apakah langsung dari Mekkah, dari Gujarat, dari Persia, atau dari Tiongkok? Memang seandainya kita mengamini versi Mekkah berarti lebih memperkuat legitimasi keislaman orang-orang Nusantara yang mendapatkan ajaran agama tersebut dari sumber awalnya langsung. Atau misalnya kita mengakui versi Persia berarti kita juga harus mengakui bahwa bisa saja penganut-penganut Islam awal di Kepulauan Nusantara adalah orang-orang Syiah, karena sudah lama Persia terkenal sebagai salah satu wilayah yang cukup banyak penganut Syiahnya. Memang sekali lagi ada konsekuensinya dari dipilihnya versi-versi asal daerah mana Islam di Kepulauan Nusantara ini berasal.

Termasuk bilamana kita mengakui asal mula dakwah Islam ke Kepulauan Nusantara itu berasal dari tanah Tiongkok, mungkin salah satunya adalah munculnya anggapan bahwa penganut Islam di Kepulauan Nusantara termasuk yang relatif muda dibandingkan wilayah-wilayah berpenduduk muslim lainnya di seluruh dunia, karena tanah Tiongkok itu terletak jauh dari tanah Arab, tempat Islam itu diwahyukan.

Ada juga perbedaan pendapat, mengenai asal muasal sebagian besar para mubaligh Walisongo, sebagian ulama berpendapat kalau mereka sebagian besar berasal dari tanah Arab, ada juga yang berpendapat dari Gujarat, Persia, atau bahkan Tiongkok. Bisa saja semua versi benar atau seandainya versi Arab adalah yang paling mendekati kebenaran, tetap saja tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat orang-orang Tiongkok muslim yang telah menjadi pionir dalam mengenalkan Islam ke penduduk Kepulauan Nusantara.

Islam sendiri telah tersebar di tanah Tiongkok sejak awal abad pertama dakwah Rasulullah SAW eksis di muka bumi. Lebih tepatnya pada pada saat Rasulullah SAW sendiri masih hidup, beliau pernah mengirimkan 3 sahabatnya untuk mengenalkan Islam kepada penguasa dan rakyat Tiongkok pada masa itu. Penguasa Tiongkok pada masa itu adalah dinasti Tang, yang menerima dengan baik sahabat Rasulullah SAW di istananya dan membolehkan pendirian masjid pertama di tanah Tiongkok serta mengizinkan penyebaran agama Allah SWT tersebut di bumi para naga.

Peristiwa kedatangan para sahabat Rasulullah SAW tersebut diperkirakan terjadi pada masa Nusantara, termasuk pulau Jawa dan Sumatera belum berada pada era Majapahit. Dimana di Jawa, salah satu kerajaan terkuatnya adalah Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno, sedangkan di Sumatera merupakan wilayah kekuasaannya Sriwijaya. Mungkin saja sudah ada pedagang dan mubaligh muslim yang bertandang ke kerajaan-kerajaan diatas, namun belum ada catatan yang membuktikan bahwa mereka memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan Islam di sana, karena Hindu dan Budha tetap menjadi agama dominan yang bertahan lama hingga kurang lebih 6 abad lagi ke depannya.

Kembali kepada pengaruh orang-orang muslim asal Tiongkok terhadap perkembangan Islam di Kepulauan Nusantara, seandainya kita tetap menganggap bahwa versi Mekkah atau Arab adalah yang paling mendekati kebenaran, tetap saja ada beberapa tokoh asal Tiongkok yang terkenal karena perannya dalam penyebaran Islam di Nusantara. 

Salah satunya adalah Cheng Ho, memang saat ini ada pendapat yang menyangsikan keislaman Cheng Ho, namun mayoritas sejarahwan dapat menerima keislaman Cheng Ho dan mengamini pengaruh besar ekspedisi Tiongkok yang dipimpin oleh Cheng Ho terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Cheng Ho, yang pastinya hidup pada masa awal dinasti Ming di Tionghoa, dinasti Ming pada masa awal-awalnya cukup mendukung terhadap penyebaran Islam di tanah Tiongkok.

Bahkan ada beberapa Kaisar Tiongkok dari dinasti Ming tersebut yang menurut beberapa sumber beragama Islam yang dapat dibuktikan salah satunya dari beberapa syair-syair mengenai pujian terhadap Islam yang diukirkan pada beberapa masjid di Tiongkok yang dibangun pada masa kepemimpinannya dan ada juga kisah seorang pengembala dari Bukhara bernama Ali Akbar Ketai yang pernah berkunjung ke istananya. 

Salah satu Kaisar itu bernama Zhu Yuanzhang, yang merupakan pendiri dari dinasti Ming. Kemudian ada juga Kaisar Wudong atau Zheng de yang menjadi kaisar kesebelas dinasti Ming, yang menerima kehadiran Ali Akbar Ketai, dari Bukhara. Dikisahkan pada saat kunjungan Ali Akbar Ketai tersebut menceritakan bagaimana perjalanan kaisar Wudong menjadi seorang mualaf.

Baik ekspedisi maritimnya Cheng Ho maupun ulama-ulama lain yang kemungkinan besar dari Tionghoa, menyiratkan kita bahwa walaupun saat modern ini penduduk keturunan Tionghoa di Indonesia mayoritas bukan penganut agama Islam, bisa saja mereka bukan keturunan dari pendatang-pendatang Tionghoa yang generasi awal, dimana keturunan generasi awal Tionghoa telah terserap ke dalam penduduk pribumi setelah beberapa periode atau bisa saja sebagian mereka merupakan keturunan awal pendatang Tionghoa, tetapi karena pengaruh kuat dari kolonialisme Belanda membuat mereka memeluk agama yang mayoritas di anut oleh penguasa Belanda mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun