Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sagu, Sumber Pangan Alternatif dan Pembudidayaannya pada Food Estate

6 Oktober 2022   13:05 Diperbarui: 6 Oktober 2022   13:09 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara historical masyarakat negeri ini pernah dan masih menjadikan sagu sebagai salah satu sumber pangan, beranek ragam jenis pangan banyak yang berbahan sagu, seperti Papeda, Bagea, Ongol-Ongol Sagu, Sagon, Laupek Sage, dan Kue Rangi. Makanan-makanan tersebut berasal dari seluruh penjuru daerah Nusantara mulai dari Papua sampai dengan Aceh, masyarakat disana telah familiar dengan olahan sagu yang menjadi makanan lezat untuk dinikmati selama ini.

Sagu diperkirakan memang pernah menjadi makanan pokok nenek moyang kita. Pemanfaatan sagu menjadi salah sumber pangan diatas menjadi bukti bahwa bisa jadi pada beberapa waktu yang lalu sagu merupakan salah sumber karbohidrat masyarakat kita. Bisa jadi pemanfaatan itu berbarengan dengan sumber karbohidrat lainnya seperti nasi atau tidak menutup kemungkinan sagu lebih dahulu jadi sumber pangan karbohidrat sebelum diterimanya nasi sebagai sumber karbohidrat utama ditengah masyarakat.

Bahkan pohon sagu sendiri mempunyai nama lokalnya masing pada beberapa daerah. Di Sulawesi Tenggara, masyarakatnya menyebutnya Tuni, Roe, atau Molat. Di Seram dan Ambon menamakannya Lapia. Orang Jawa menyebutnya Kersulu atau Ambulung. Sedangkan orang Sunda menamakannya Kirai.

Nama latin tanaman ini adalah Metroxylon sagu Rottb. Walaupun seperti diungkapkan diatas bahwa pangan yang berbahan sagu sudah banyak dikenal pada hampir seluruh Indonesia, pada saat ini sagu lebih dikenal dan lebih banyak dibudidayakan pada daerah-daerah Indonesia bagian timur, seperti Sulewesi, Maluku, dan tentunya Papua (terutama pesisir Papua)

Kandungan yang ada didalam sagu kaya akan pati atau karbohidrat akan tetapi kurang mengenai kandungan gizi lainnya. Seratus gram sagu kering memiliki kandungan setara 355 kalori, dimana didalamya secara rata-rata mengandung 94 gram karbohidrat. Bandingkan dengan 100 gram nasi putih hanya terkandung sekitar 28 gram karbohidrat. Sedangkan roti putih seratus gramnya memiliki kandungan mencapai 50,61 gram. Membuat sagu menjadi sumber karbohidrat yang sangat tinggi dibandingkan sumber karbohidrat lainnya.

Penanaman sagu baik untuk ekologis karena dapat mengabsorsbsi emisi gas karbondioksida yang bersumber dari lahan rawa dan gambut ke udara, dimana gas karbondioksida selama ini dianggap sebagai pemicu perubahan iklim. Dengan alasan yang masih berkaitan tersebut mendorong pemerintah menargetkan untuk melaksanakan konservasi hutan sagu karena diperkirakan dapat menurunkan gas emisi rumah kaca. Tanaman sagu pun dianggap tidak merusak hutan dan mengganggu vegetasi karena tidak perlu membuatnya menjadi lahan kosong untuk kemudian ditanami seperti halnya sawah.

Pembudidayaan tanaman sagu ini agak berbeda dengan sebagian besar tanaman yang menjadi sumber karbohidrat lainnya, seperti nasi dan gandum misalnya. Salah satu perbedaannya adalah tanaman sagu tidak terlalu merepotkan perawatannya karena hanya perlu ditanam sekali saja dan setelah itu dapat dipanen lagi setelah beranak pinak tanpa perlu dilakukan peremajaan dan hanya perlu mengelola jumlah anakannya saja, bandingkan dengan padi dan gandum yang harus ditanam baru berulang kali. Ciri lainnya karena tanaman ini membutuhkan konsumsi air yang banyak maka biasanya penanaman sagu lebih banyak dilakukan di daerah sekitar sungai atau daerah berawa air tawar. Lalu tanahnya haruslah mengandung organik yang cukup tinggi seperti magnesium, fosfat, potasium, dan fosfat.

Selama ini terdapat 2 metode penanaman sagu yang telah dikenal, yang pertama dengan menggunakan metode generatif atau dengan melakukan perbanyakan biji. Kemudian yang kedua adalah dengan metode vegetatif, dengan perbanyakan memakai bibit anakan yang ditempel pada pangkal batang induk. Perkiraan jumlah tanaman yang dimungkinkan untuk ditanami pohon sagu dalam satu hektar maksimal mencapai 150 tanaman.

Namun pemeliharaan tanaman sagu sebelum dipanen tidak terlalu berbeda dibandingkan tanaman pangan lainnya. Tanaman sagu tetap harus mendapatkan pemupukan sekali sampai dua kali setahun, tetap harus ada pengendalian terhadap hama dan penyakit yang dapat dilakukan dengan mekanis atau biologis, lalu tetap perlu dilakukan pengendalian gulma karena dapat berkompetisi dalam mengambil nutrisi dalam tanah dengan tanaman sagunya dan kemunculan gulma juga berisiko menimbulkan kebakaran.

Pemanenan sagu dapat dilaksanakan setelah tanaman itu telah berusia 6 hingga 7 tahun, terlihat dari membengkaknya batang, menyusul kemudian dengan keluarnya selubung bunga dan selain itu daun pelepahnya juga menjadi putih, terutama bagian luarnya. Memotong pohon sagu dengan gergaji mesin atau kampak sedekat mungkin dengan akarnya, batang harus dibersihkan dari pelepahnya lalu dipotong-potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkan pengangkutannya. Kemudian untuk pemanenan selanjutnya kira-kira dapat dilakukan 2 tahun lagi.  

Melihat dari kelebihan budidaya tanaman sagu, memang menguntungkan dari segi kepraktisan pemeliharaan dan manfaat ekologisnya, namun patut dicermati bahwa tanaman sagu seperti yang dituliskan diatas kalau tanaman tersebut hidup lebih banyak didekat daerah sungai dan berawa air tawar sehingga menuntut adanya transportasi air yang memadai sehingga kelancaran distribusi tidak terhambat. Selain itu pembudidayaan sagu tidak dapat segera diambil hasil panennya karena membutuhkan waktu yang cukup lama mencapai 6-7 tahun, berbeda halnya dengan padi contohnya yang hanya 30-35 hari saja atau gandum yang 90 sampai 125 hari saja tergantung pada topografi lahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun