Mohon tunggu...
Muhammad Arifin
Muhammad Arifin Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta yang punya perhatian di bidang dakwah, pendidikan dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Curriculum Vitae di Era Media Sosial

14 Maret 2017   10:06 Diperbarui: 14 Maret 2017   10:14 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau jaman sebelum masa keemasan media sosial seperti saat ini,  curriculum vitae adalah senjata paling ampuh yang kita gunakan dalam berbagai tujuan,  misalnya buat melamar kerja,  mencalonkan diri jadi pejabat publik,  mencari beasiswa dan tujuan penting lainnya.  Semakin banyak pengalaman kerja,  pengalaman berorganisasi, pengalaman pendidikan maka semakin bernilai curriculum vitae kita.  Karena itu semakin panjang dan banyak nya apa yang kita tulis semakin berbobot nilai diri kita, dan kepedean kita makin besar. 

Tapi semakin pesatnya kemajuan teknologi dan semakin pentingnya media sosial,  maka ruang privasi setiap orang mulai mudah dijual dan di eksplor.  Media sosial membuat orang secara tidak sadar memperlihatkan jadi dirinya.  Karena media sosial adalah wadah untuk curhat,  ruang berdoa, ruang kreatifitas,  sarana berdagang dan tujuan lainnya.  Semua kembali kepada penggunanya,  media sosial bisa jadi apa saja yang mereka mau. 

Sadar atau tidak sebenarnya media sosial adalah curriculum vitae yang sesungguhnya.  Karena bagi para pencari talent,  HRD dan pencari tenaga kerja zaman teknologi ini kini tak lagi melihat curriculum vitae (CV)  sebagai salah satu sumber informasi penting untuk mengenal pelamar karena mereka sadar bahwa CV itu terkadang ada manipulasi atau kamuflase belaka. Mereka kini lebih percaya dengan history status dari pelamar di medsos yang mereka miliki baik itu FB,  Instagram,  Twitter dan sebagainya. Mereka mengganggap media sosial adalah cerminan jati diri seseorang. Karena dengan medsos si pelamar bisa diukur dan dilihat seberapa tinggi kecerdasan emosional (EQ),  kecerdasan interlektual (IQ)  dan bahkan kecerdasan spiritual (SQ), meskipun akurasinya tidak sebaik tes kecerdasan formal. 

Jadi mulai saat ini bagi kamu yang suka update status sembarangan,  mudah emotional,  baperan,  suka mengumpat dan sesuatu yang negatif lainnya maka mulailah untuk merubah dengan status yang dipenuhi dengan hal-hal positif.  Suatu waktu hal ini akan memberikan efek dalam kehidupanmu baik langsung maupun tidak langsung.  Ingat mulutmu adalah harimaumu,  tulisanmu adalah pisaumu.  Kata orang bijak,  kata-katamu adalah kualitas dirimu.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun