Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mencoba Memahami Mengapa Sering Terjadi Aksi Terorisme di Solo Raya?

6 Juni 2019   09:21 Diperbarui: 6 Juni 2019   09:24 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Dalam hal ini bahkan, MC Ricklef pernah mengatakan bahkan di Solo, organisasi-organisasi Islam terbesar seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, adalah kelompok yang "minoritas" di sana. Hal ini berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang kebanyakan kedua organisasi tersebut merupakan kelompok Islam mayoritas. 

Ruang-ruang public dan penyebaran dakwah Islam di Solo Raya lebih didominasi oleh kelompok-kelompok puritan yang radikal. Hal ini menjadikan masyarakat di sana lebih banyak menerima wacana keagamaan yang dikembangnya oleh kelompok-kelompok tersebut. 

Naiknya semangat beragama (Islam) masyarakat belakangan di satu sisi, di sisi lain sebagian besar masyarakat sebetulnya awam tentang agama, kemudian diberhasil dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk menanamkan pengaruh mereka secara massif. 

Media, masjid-masjid, radio, toko-toko buku, sekolah-sekolah dan sarana-sarana publik (Islam) lainnya lebih banyak dikuasai oleh kelompok-kelompok yang cenderung berpaham keras.

Di pusat toko buku-buku loakan di belakang Sriwedari misalnya dulu saya sering diberi tahu oleh para penjual buku bahwa sering ada sweping dari pihak-pihak tertentu untuk mencari buku-buku yang dianggap sebagai kontra terhadap buku-buku yang dikarang oleh tokoh-tokoh yang berpaham keras tersebut, jika ditemukan maka si penjual akan diancam dan dilarang menjualnya. Buku-buku karangan tokoh-tokoh Muslim tradisional di Indonesia, buku-buku tentang Syiah serta buku-buku karya tokoh-tokoh yang mereka anggap liberal adalah contoh buku-buku yang dilarang untuk dijual. Sementara buku-buku yang mendukung ideology dan gerakan mereka dipromosikan secara massal.

  • Banyak Masjid yang diduga menyebarkan ideology-ideologi radikal

Di Solo, terutama di Kartosura, menyaksikan perebutan takmir masjid adalah hal yang lumrah terjadi. Meskipun mungkin perlu ada studi tersendiri tentang hal ini, tapi sejauh pengamatan kasar saya kasus perebutan masjid itu biasanya melibatkan orang-orang dengan pemahaman yang keras. Tujuan utama merebut masjid adalah untuk mengubah ideology keagamaan masyarakat sekitarnya. 

Di Kartasura sendiri ada cukup banyak masjid yang awalnya mengamalkan praktik-praktik Islam tradisional kemudian diambil alih kepengurusan takmirnya dan menjadi eklusif.

Tahun 2017 ketika melakukan presentasi progress penelitian, saya ketemu teman lama yang kebetulan meneliti tentang potensi masjid-masjid di Solo sebagai pusat penyebaran radikalisme di daerah tersebut. 

Penelitian itu menggaris bawahi bahwa ada cukup banyak masjid di sana yang menyebarkan ideology-ideologi radikal. Tidak hanya berhenti di situ, tapi bahkan di beberapa masjid tertentu menurutnya dilanjutkan dengan meciptakan jaringan-jaringan untuk mengoordinir aksi-aksi selanjutnya jika dibutuhkan.

  • Adanya penyebaran wacana Islam sebagai pihak yang tertindas secara massif

Jika anda hadir di Islamic book fair yang ada di Solo (biasanya diadakan setahun tiga kali) anda akan bisa menyaksikan bagaimana kelompok-kelompok Islam tersebut mempromosikan wacana "Islam sebagai pihak yang tertindas" melalui berbagai sarana dan media. Mulai dari buku-buku tentang jihad dan perang di negara-negara seperti Suriah, Afganistan, Irak, Cechnya, tentang perang antara ISIS dan negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika dan lainnyya. poster-poster dan video-video, dan gambar-gambar tentang anak-anak, perempuan-perempuan dan para korban di berbagai negara yang sedang konflik tersebut dipampang di setiap sudut di hampir setiap stan. Foto, poster, dan video-video tersebut dijual secara massal.

Di lapangan kabarnya tak sedikit anak-anak dipertonkan video-video tentang perang di Suriah, Irak, perang ISIS, semua itu ditujukan untuk membangun narasi dan menanamkan gambaran "bagaimana tertindasnya saudara-saudara Muslim kita di berbagai belahan dunia". Kemudian akan diajarkan dan ditanamkan tentang pentingnya berjihad kepada mereka.


  • Ada cukup banyak sekolah yang mengajarkan eklusifme bahkan radikalisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun