Mohon tunggu...
axel Rafa
axel Rafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa veteran jogja

sepak bola dan futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenjangan Ekonomi

9 Agustus 2022   17:30 Diperbarui: 9 Agustus 2022   17:36 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah kesenjangan ekonomi di Indonesia menjadi isu rasial, sebuah hal yang sering dikritisi pakar sebagai tindakan politis yang keluar dari masalah dan solusi utama. Persoalan kesenjangan ekonomi tidak bisa dilihat sebagai masalah ras. kalau memang ini mau diselesaikan, bukan berdasarkan kasus etnisnya, tapi bagaimana pemerintah punya law enforcement. 

Siapapun yang melanggar ketentuan-ketentuan, melakukan persaingan usaha tidak sehat, itu yang harus diberi sanksi. Siapapun etnisnya. Sangat tidak fair kalau mendikotomikan antara pribumi dan non-pribumi.

Kita khawatir bahwa masalah ini ditarik ke arah politik dan melenceng dari solusi, yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengkoreksi kebijakan yang dianggap salah dan dianggap menyuburkan ketimpangan. Kesenjangan sosial sama sekali bukan masalah etnis atau SARA, ini bahkan bukan persoalan nasional, karena ini juga terjadi luar negeri seperti di Amerika, negara yang dianggap paling maju secara ekonomi.

Sejumlah nama di daftar orang paling kaya memang menunjukan bahwa banyak konglomerat Indonesia memiliki latar etnis Cina. Sebagian dari pengusaha-pengusaha etnis Cina, juga kebetulan mendapat keuntungan dari kebijakan pemerintah yang dia sebut elitis dan bias. contoh kasus dana talangan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang diberikan pemerintah ketika krisis keuangan melanda Indonesia pada 1997. 

Kebetulan memang yang mendapatkan porsi bantuan likuiditas yang sangat besar jumlahnya kebanyakan pengusaha non pribumi, karena waktu itu mereka yang menguasai sektor perbankan. Pengusaha non-pribumi juga mendapat. Cuma porsi terbesarnya, yang disalahgunakan, memang pengusaha beretnis Tionghoa,

Ini fakta, tapi tidak bisa menarik garis lurus bahwa semua keberhasilan etnis tertentu akibat melakukan moral hazzard, kalaupun data objektifnya mengatakan kebanyakan orang terkaya di Indonesia beretnis Cina, (kesenjangan sosial) bukan persoalan dia Cina atau bukan. 

Bukan salahnya dia (beretnis) Cina. Persoalannya pada distribusi yang tidak merata. Sumber utama kesenjangan, adalah kegagalan pemerintah melakukan transformasi structural, karena pertumbuhaan ekonomi di Indonesia belum jadi negara maju tapi sektor jasa lebih berkembang dibandingkan sektor-sektor yang menghasilkan barang. 

Ini yang menyebabkan akses masyarakat terbawah yang hanya punya tenaga, tidak ikut terserap karena lapangan kerja menjadi sangat terbatas, opsinya melakukan pemberdayaan atau memberi akses terhadap kegiatan ekonomi produktif dari masyarakat 40% terbawah untuk naik kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun