Mohon tunggu...
Axel Hans
Axel Hans Mohon Tunggu... Freelancer - IG: axel.hansk

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ordinary Man (Chapter 1)

27 Juli 2021   20:01 Diperbarui: 27 Juli 2021   20:04 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Chapter 1 

ANAK TK YANG ALIM

Hai namaku Alex, kata orang lain aku adalah seorang pemalu, pendiam, dan tidak pandai bergaul dengan orang lain. Mungkin saja hal itu benar, aku memang sedikit canggung jika harus bertemu dengan orang yang baru saja aku kenal. Aku bingung harus bersikap apa dan membahas topik apa ketika bertemu dengan orang yang baru. Tapi di lain sisi sebenarnya aku adalah orang yang suka berbicara jika sudah berteman dengan lama. Mau bagaimana lagi, gara gara tidak pandai bergaul aku hanya memiliki sedikit teman dekat. Bahkan teman dekatku bisa dihitung dengan 10 jari yang kalian miliki. 

Aku sebenarnya terlahir di keluarga yang masih cukup mampu untuk membiayai kebutuhan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Keluargaku terdiri dari 4 anggota keluarga yaitu ayah, ibu, kakak perempuan, dan tentu saja aku. Bahkan di dalam keluarga ku aku juga memiliki sifat yang cenderung lebih diam dan kalem jika dibandingkan saat aku pergi keluar bersama teman teman. Bisa dikatakan bahwa kehidupan keluargaku benar benar biasa saja dan tidak ada masalah atau drama yang terjadi.

Aku tinggal di sebuah kota kecil yang bernama Monfonia, di kota ini seluruh masyarakatnya sangat menjunjung keramahan dan tata krama yang sangat tinggi. Kota ini juga tidak memiliki gedung tinggi dan memiliki kesan yang sederhana. Walaupun terkesan sederhana dan jauh dari kata modern namun suasana seperti inilah yang membekas di pikiran ku. Aku selalu ingat bahwa sebuah kota yang pantas untuk di tinggali tidak dilihat dari seberapa banyak gedung gedung besar yang ada di kota tersebut, namun yang membuat kota tersebut pantas adalah rasa nyaman ketika kalian berada di kota tersebut.

Sekarang saatnya masuk ke dalam cerita hidupku. Kita akan memulai semuanya ketika aku kecil saat masuk sebuah Taman Kanak Kanak (TK) bernama Trinity. Setelah dipikir pikir kenangan saat aku TK adalah kenangan yang akhirnya membentuk beberapa tindakan atau perilaku ketika beranjak dewasa. Seperti anak anak TK pada umumnya, kebanyakan waktuku hanya dipakai untuk bermain Bola dan permainan lainnya. Dalam bermain aku juga melihat siapa saja orang yang ikut, jika ada orang yang lebih menakutkan atau nakal di saat itu, aku lebih memilih untuk menghindar daripada turut serta dalam keributan. Aku ingat seorang anak yang sering memancing keributan bernama kevin. Waktu itu ia sering sekali mengambil pensil, penghapus, tempat makan, dan peralatan sekolah lainnya dari orang lain. Ingat teman teman ini adalah kejadian waktu TK, jadi tidak mungkin kalau tindakan nakal yang dilakukan kevin adalah mabuk mabukan, pergi party, dan mencuri mobil.

Suatu saat aku yang masih TK ingat sekali sebuah kejadian yang sangat membekas mengenai Kevin. Suatu hari Kevin dan aku sedang berada di suatu kelas, entah apa yang terjadi di saat itu keadaan kelas sedang ramai dan guru sedang pergi keluar. Tiba tiba kevin mengambil tempat pensil ku yang terbuat dari besi dan langsung menginjaknya berulang kali. Tindakan yang dilakukan Kevin tentu saja sangat random dan membuat tempat pensil ku menjadi remuk. Melihat hal tersebut tentu saja aku marah, namun karena tidak berani aku memutuskan untuk melawanya dengan cara rohani. Saat itu aku berkata "Tuhan tidak suka melihat anak nakal dan masuk neraka." Saat itu dia memang pergi dan aku kira cara itu berhasil. Namun setelah dipikir pikir aku hanyalah anak culun yang tidak berani dan langsung membawa nama Tuhan. Tentu saja Kevin berlari, mungkin saja dipikirannya aku tidak adil karena langsung membawa nama Tuhan dan siapa yang tidak takut dengan ancaman seperti itu ketika TK. 

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun