Mohon tunggu...
Awwaludin April
Awwaludin April Mohon Tunggu... Lainnya - S. Ag

Hanya mencoba menuangkan pikiran yang semoga bermanfaat bagi kita semua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanda Kebesaran Allah SWT di Samudera: Tafsir Surah Yasin Ayat 41-44

17 Agustus 2022   19:58 Diperbarui: 17 Agustus 2022   19:59 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membahas tentang kebesaran Allah SWT tentu tidak akan ada habisnya, kekuasaan-Nya yang tak terbatas tentu membuat kita sebagai hamba terkagum menyaksikannya. Salah satunya adalah al-Qur'an yang dimukjizatkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang di dalamnya membahas persoalan-persoalan kehidupan duniawi maupun yang akan datang yakni ukhrawi. Di dalam al-Qur'an terdapat surat yang di kenal dengan Qalbu Al- Qur'an atau Jantung Alquran, yaitu surah Yasin. Menurut al-Ghazali, penamaan ini di sebabkan surah Yasin penguraiannya tentang hari kebangkitan sebagaimana mempercayai hari kebangkitan merupakan salah satu rukun Iman.

Surah Yasin ayat 41-44 dan Terjemahan

Khusus pada pembahasan kali ini, kita akan membahan seputar penafsiran surah Yasin ayat 41-44:

(41) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan. (42) dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai. (43) Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan. (44) Melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.

Munasabah Ayat

Pada ayat-ayat sebelumnya (ayat 37-40), Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya di angkasa luas. Di antaranya adalah tentang peredaran matahari yang menyebabkan pergantian siang dengan malam. Begitu pula dengan bulan yang muncul di waktu malam beredar sesuai tempat edarnyadan tidak akan terkejar oleh matahari, sehingga malam dan siang tidak akan kejar-kejaran hingga bertabrakan. 

Pada ayat setelahnya, yakni yang akan kita bahas (ayat 41-44), Allah menjelaskan tanda-tanda kebesarannya yang ada di samudera lepas.

Tafsir Surah Yasin ayat 41

  • Pada ayat ini Allah mengemukakan bahwa kapal yang berlayar di lautan yang luas adalah salah satu tanda kebesaran-Nya. Kapal itu mengangkut banyak muatan baik dari manusia, binatang, maupun barang. Adapun yang dimaksud dalam ayat ini adalah bahtera Nabi Nuh as. yang Allah selamatkan dari ombang-ambing banjir bandang yang menyapu seluruh permukaan bumi. Al-Qurthubi menjelaskan maksud dari "tanda" memiliki tiga makna, yaitu sebagai pelajaran, sebagai nikmat, dan sebagai peringatakan bagi menusia. 
  • Kata dzurriyyah (keturunan) beberapa ulama memperselisihkan maknanya. Hamka mengutip Al-Dhahak, Qatadah, dan Ibn Yazid mengartikannya sebagai nenek moyang kita, yakni yang dibawa ikut berlayar dengan bahtera Nabi Nuh as. Ada lagi yang memahaminya dalam arti anak keturunan mereka yang masih kecil.
  • Adapun yang di maksud dengan al-Fulk al-Mashun (kapal yang penuh muatan) adalah bahtera Nabi Nuh as. sebagaimana yang diutarakan oleh Quraish Shihab dengan menyinggung ayat yang lain yang serupa (QS. al-Syu'ara: 119). Sedangkan Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengutip beberapa pendapat tentang الْفُلْكِ Pada pendapat yang pertama adalah bahtera Nuh, dan pendapat yang kedua, keduanya adalah isim jins yang mana Allah memberitahukan dengan kelembutannya dan pemberiannya bahwa Dia telah menciptakan bahtera itu membawa orang yang sulit berjalan, dari anak cucu manusia dan orang-orang lemah. Berdasarkan hal ini, maka kedua dhamir itu sesuai. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud di sini dalam arti perahu Nabi Nuh as. tetapi jenis perahu apapun. Ini menurut mereka bertujuan mengingatkan manusia khususnya kaum musyrikin yang menjadikan mereka dapat mengarungi lautan bersama anak cucu mereka menuju ke suatu tempat.

Tafsir Ayat 42

  • Pada ayat ini, Allah swt. mengingatkan manusia akan bukti kekuasaan-Nya yang lain. Allah swt. memberikan kepada manusia bermacam-macam kendaraan selain perahu, bahtera, dan kapal, yaitu hewan-hewan yang dapat dijadikan kendaraan atau alat angkutan misalnya: unta, kuda, keledai, gajah, dan sebaginya. Ini merupakan angkutan darat bagi manusia.
  • Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengutip beberapa pendapat dalam makna ini: Pertama, Mujahid, Qatadah, dan sekelompok ahli tafsir. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna مِنْ مِّثْلِهٖ  untuk unta, atau Allah menciptakannya untuk mereka kendaraan di darat, seperti bahtera yang dinaiki di laut. Kedua, bahwa makna مِنْ مِّثْلِهٖ  bukan untuk unta dan kendaraan serta setiap yang dinaiki. Ketiga, bahwa itu untuk bahtera. An-Nuhhas berkata, “Pendapat ini adalah yang paling shahih, karena isnadnya bersambung dari Ibnu Abbas. Dia berkata: Allah menciptakan untuk mereka bahtera-bahtera sepertinya untuk dinaiki.” Abu Malik berkata, “Sesungguhnya ia adalah bahtera-bahtera kecil yang dibuat setelah bahtera Nuh.” 

Tafsir Ayat 43

  • Hamka menjelaskan dalam tafsirnya dengan ungkapan bahwa betapa kecilnya kapal-kapal itu sedang dia berlayar di lautan dan alangkah luasnya laut tempat dia berlayar itu, dan alangkah sangat kecilnya manusia yang sedang berlayar di atasnya. Kadang-kadang angin yang sedang berhembus itu sangat pula keras dan dahsyatnya, sehingga kapal hanya laksana sebuah  sabut kelapa saja terapung-apung, terkatung-katung di dalamnya. Setelah tenggelam, tidak akan ada yang akan menolong dan menyelamatkannya lagi.
  • Kata صَرِيْخَ berasal dari kata صرخ (sharakha) yang berarti berteriak meminta pertolongan. Quraish Shihab menjelaskan bahwa pola kata ini menunjuk kepada objek yang diteriaki, yakni yang dimintai pertolongan. Dengan kata lain, tiada penolong bagi mereka dan tidak ada juga sesuatu di tengah amukan ombak dan gelombang itu yang dapat mereka teriaki guna dimintai pertolongan. Sedangkan menurut al-Qurthubi, kata صَرِيْخَ bisa dibaca صَرِيْخٌ karena setelahnya terdapat kalimat yang tidak boleh dibaca kecuali dengan rafa’, sebab ia adalah ma’rifah, yaitu وَلاهُمْ يُنْقَذُوْنَ “Dan tidak pula mereka diselamatkan.”
  • Berdasarkan penjelasan ayat di atas, kita ambil contoh tragedi kapal Titanic yang tenggelam pada tahun 1912 yang di duga menabrak gunung es di samudera atlantik ketika melakukan perjalanan dari Southampton, Inggris menuju New York, Amerika Serikat. Adapun contoh yang lain adalah dari tenggelamnya kapal Van Der Wijk di lautan jawa, tepatnya di daerah Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Kedua tragedi tersebut membuktikan bahwa sebesar apapun ciptaan manusia terutama kapal yang berlayar pun mampun di tenggelamkan Allah atas kuasa dan kebesaran-Nya.

Tafsir Ayat 44

  • Tafsir kemenag RI menjelaskan dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa karena kasih sayang-Nya yang sangat besar terhadap hamba-hamba-Nya, dan agar mereka dapat bersenang-senang menikmati karunia-Nya, maka Allah tidak membiarkan kendaraan-kendaraan itu semua binasa baik yang berjalan di darat, berlayar di permukaan dan di dalam air, maupun yang terbang di udara. apalagi jika orang-orang yang menggunakan kendaraan itu tidak takabur serta selalu cermat dan berhati-hati.
  • adapun Ali al-Shabuni mengungkapkan semuanya berjalan dengan hukum alam yang Allah swt. ciptakan bagi kapal, air dan angin. Kapal di lautan yang luas bagaikan bulu burung di udara digerakkan oleh angin. Jika tidak mendapat rahmat Allah, maka bulu itu musnah dalam sekejap. Orang-orang yang pernah melaut dan melihat mara bahaya yang mengancam, mereka akan menyadari bahwa rahmat itulah yang meneyelamatkan mereka dari angin dan badai di lautan luas yang dikuasai oleh Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun