Mohon tunggu...
Andi W. Rivai
Andi W. Rivai Mohon Tunggu... Penulis - Penolog

Mengejar cinta Allah 'azza wa jalla www.navatour.co.id al Habsy Management

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Begini Cara Narapidana Mengenal Pancasila

26 Februari 2018   14:29 Diperbarui: 26 Februari 2018   14:41 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekretariat Pengurus Klinik Pancasila; arsip pribadi

Jangan dianggap bahwa mereka yang sekarang sedang menjalani pidana di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) tidak punya lagi semangat untuk belajar, semangat untuk menggali kembali nilai-nilai hidup yang lebih baik lagi. Mereka adalah manusia yang sama dengan kita, hanya keberuntungan saja yang tampaknya sedang tidak berpihak dalam diri mereka. Mereka masih punya rasa, ingin menjadi manusia yang lebih berguna. Manusia yang dapat diterima dengan baik oleh keluarga dan sanak keluarga kelak pada saatnya mereka bebas merdeka.

Semangat untuk memperbaiki diri tercermin dari geliat mereka selama menjadi "siswa" Klinik Pancasila. Mereka, yang berasal dari beragam latar belakang kehidupan dan ragam tindak pidana, tampak antusias mengikuti setiap sesi yang dihadirkan selama mengikuti Klinik Pancasila. Mereka hadir secara tertib, duduk secara rapi, dan khusyuk menyimak pengajaran dari pejabat pada setiap bidang yang bergiliran mengisi materi. Ada wajah bosan, itu pasti. Tapi itu tidak menghilangkan wajah keseriusan mereka untuk belajar. Apa yang mereka pelajari?

Klinik Pancasila, yang sudah berjalan lebih dari 2 tahun ini, adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila; nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan nilai keadilan social. Mereka, para narapidana yang masih dalam masa pengenalan lingkungan (mapenaling), mulai diajarkan kembali, mengenal lebih dekat lagi dengan Pancasila beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Ada titik tekan yang diajarkan selama menjadi siswa Klinik Pancasila yaitu bagaimana menjadi pribadi yang bertakwa, mahluk yang ber-Ketuhanan. Mereka didekatkan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Bagaimana bersuci dari hadast kecil (berwudhu), sholat berjamaah, dan belajar membaca Al Qur'an adalah materi wajib bagi mereka yang beragama Islam. Penekanan ini tidak terlepas dari satu pemahaman bahwa sesungguhnya perilaku "sesat" yang pernah mereka lakukan tidak lain karena tidak hadirnya Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka melalaikan perintah-Nya, dan lebih senang tenggelam dalam larangan-Nya.

Selain dari itu, mereka juga dikenalkan dengan segala aktivitas pembinaan dan kegiatan kerja yang sedang dilaksanakan di dalam lapas. Mereka akan diajak untuk "tour" di dalam lapas, mengamati dari satu kegiatan kerja kepada kegiatan kerja yang lain. Tour ini untuk mengajak mereka dapat bergabung dalam aktivitas produktif selama menjalani pidana.  

Waktu satu minggu tentu bukan waktu yang memadai untuk dapat membumikan nilai Pancasila dalam dada peserta Klinik Pancasila. Namun setidaknya, waktu yang begitu singkat itu dapat memberikan warna bagi mereka untuk dapat memetik saripati kehidupan yang lebih baik. Mencerahkan pemikiran mereka, membuka cakrawala baru tentang bagaimana menjadi pribadi yang luhur pekertinya.

Dan kedepan, pengurus Klinik Pancasila mempunyai harapan yang lebih besar untuk dapat menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan unggulan yang benar-benar dapat memberikan dampak dan manfaat nyata bagi peserta khususnya, dan bagi lapas pada umumnya. Kegiatan ini akan dikemas sedemikian rupa dengan mengadopsi materi kegiatan pelatihan yang serupa yang dilakukan di luar lapas. Oleh karenanya, kerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi terkait menjadi salah agenda yang akan dilakukan. Dengan kerjasama ini diharapkan akan memperkaya materi pengajaran/kegiatan, dan mampu menghadirkan pengajar yang memiliki kompetensi pada bidangnya. Dan tentu menjadi satu bonus tersendiri jika kerja sama ini juga mampu menghadirkan buku-buku yang bermanfaat bagi pengembangan wawasan narapidana.

Akhirnya, semangat untuk memberikan bekal yang terbaik bagi narapidana, agar mereka mampu menjadi warga negara yang berguna dalam pembangunan bangsa harus terus dijaga eksistensinya.  Bagaimanapun, narapidana dengan segala karakternya adalah sumber daya bangsa yang tidak boleh diabaikan, apalagi dilupakan. Mereka pun berhak untuk menjadi warga negara yang ber-Pancasila.

Wassalam..

Bandar Lampung, 26 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun