Mohon tunggu...
Adnan Widodo
Adnan Widodo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Santri

Belajar Menulis. Belajar Beropini. Belajar Berpendapat. Belajar, belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Mata Kerinduan*

27 April 2012   03:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa kabar, apa kabar Kekasihku?
Apa kabar Penyejuk Hatiku?

Sungguh, jauh darimu adalah penderitaan
Sungguh, jauh darimu adalah kenestapaan

Hari hari yang kulalui tanpamu
Bagaikan layang layang terbang
Layang layang yang talinya terputus
Ia melayang layang bimbang
dan hanya mengikuti angin yang berhembus

Aku rindu hari hari bersamamu
Aku rindu nasehat nasehatmu
Aku pun sadar, aku telah menyia-nyiakannya dulu
Dan aku yakin, penyesalan takkan bisa mengulangi waktu

Duh, Kekasih Hati
O, Pelita Nurani
Sungguh, aku rindu
Serindu 'Rindu' merindukan 'Rindu'

Manusia mana yangg tak merindukan
Sosok tulus yang mempertahankan keikhlasan
Yang tak butuh sanjungan dan pujian
Yang selalu tabah saat suara sumbang membisingkan pendengaran

Demi Allah, air mataku mengalir mengiringi rindu
Air mataku menetes mengiringi do'a nan syahdu
Semoga Allah kembali mempertemukan kita
Sebelum pertemuan kita di alam yang berbeda
Dan semoga kita kelak bertemu di surga-Nya.

Âmîn.

* Puisi ini aku persembahkan untuk guruku tercinta, sang Penyejuk Hati, KH. Mukhlas Babakan Ciwaringin Cirebon.
Tarim, 25 Februari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun