Mohon tunggu...
Adnan Widodo
Adnan Widodo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Santri

Belajar Menulis. Belajar Beropini. Belajar Berpendapat. Belajar, belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Al-Wushul Ila Allah (Sampai Kepada Allah)

24 Juli 2021   23:55 Diperbarui: 25 Juli 2021   00:21 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HAKIKAT AL-WUSHUL ILA ALLAH (Samapai kepada Allah SWT)Perspektif Syekh Dr. Ali Jum'ah Muhammad

Menurut kaidah para Mistikus Islam (Kaum Sufi), Tujuan hidup adalah Tuhan dan yang dicari adalah keridhoan-Nya, atau "Allahu maqshudul kull" (Allah adalah tujuan segalanya). Oleh karenanya puncak tertinggi spiritual seorang muslim adalah ketika ia sudah sampai pada tujuannya, yaitu Allah SWT.

Untuk sampai pada tujuan, kita harus melalui jalan yang diistilahkan oleh mereka dengan Al-Thariq ila Allah (Jalan menuju Allah). Seperti halnya jalan yang kasatmata, jalan ini pun mempunyai dua sisi: kanan dan kiri, ada yang lurus dan ada pula yang berliku-liku. Terkadang di kanan-kiri sebuah jalan banyak dijumpai sesuatu yang menakjubkan dan memikat hati, seperti banyaknya para penjual pakaian yang bagus-bagus, makanan yang enak-enak, berbagai pertunjukan-pertunjukan dan pemandangan-pemandangan alam yang indah.

Ketika kita berjalan lurus di jalan menuju Allah SWT, tiba-tiba kita berhenti karena sesuatu yang menakjubkan di kanan-kiri jalan, seperti tiba-tiba kita bisa melihat, merasakan, dan melakukan sesuatu yang tidak biasa orang lain melihat, merasakan dan melakukannya, jika kita tergoda dengan hal tersebut dan berhenti di situ, maka kita tidak akan pernah sampai pada tujuan. Sebagai mana dijelaskan oleh para kaum sufi melalui kaidah populernya, "al-Multafitu La yashil" (Yang menoleh, berpaling dan tergoda tidak akan sampai).

Pertanyaannya, bagaimana dan kapan kah seorang salik (seorang yang berjalan di jalan-Nya) sampai pada tujuannya tersebut?

Dr. Ali Jum'ah, Mantan Mufti Agung Republik Arab Mesir menjelaskan dalam setatus Facebooknya, "Dalam kasus ini ada dua hakekat, Pertama, Jalan yang kita tempuh ini sangat jauh dan panjang, dan yang kita tuju adalah sampai kepada Allah SWT. Dan itu tidak akan mungkin tercapai kecuali dengan beramal dan berjalan secara kontinu.

Dalam hal ini tidak ada akhir yang spesifik dan waktu yang ditentukan, sebagaimana yang telah diklaim oleh para penganut aliran sesat. Mereka berkata, "Kami telah sampai kepada Allah, karenanya tidak ada lagi kewajiban dan taklif bagi kami, karena kami telah mencintai Allah, melihat-Nya, menyatu dengan-Nya, disemayami oleh-Nya" dan ucapan-ucapan serupa.

Dalam sebuah kehidupan, jalan ini memang panjang, dan tak berujung. Akhir dari perjalanan ini adalah ketika seorang hamba telah wafat, hingga ia bertemu dengan Tuhan-Nya.

Kedua, Jika kita menginginkan hasil yang maksimal, menjalani perjalanan spiritual yang diridhoi Allah SWT, menempuh jarak yang akan dimasukkan dalam timbangan amal kebaikan kita di Hari Kiamat kelak, dan Hari Kiamat tersebut akan menjadi Baqiyyat Sholihat (amal-amal kebajikan yang abadi) bagi kita, maka kita tidak boleh berpaling dan menoleh ke kanan dan kiri kita yang dipenuhi perhiasan dunia. Sebab siapa saja yang menoleh dan berpaling tidak akan sampai. Ia tidak akan sampai terhadap tujuan dan apa yang diinginkannya.

Sampai kepada Allah adalah sebuah futuh, dan hakikat futuh tersebut adalah ketika Allah telah membuka mata hati kita. Allah akan mengajari kita apa hakekat dunia. Dia akan mengajari kita apa yang dimaksud di dalam kitab-Nya, mengajari kita cara menggapai ridho dan taufiq-Nya, dan seterusnya.

Yang demikian ini adalah al-Wushul ilallah (sampai kepada Allah). Bukan berarti wushul atau samapai kepada Allah itu perjalanan yang kita tempuh sudah berakhir, atau kita hanya duduk-duduk manis tanpa amal dan usaha, juga bukan berarti kita telah menyatu dengan Allah  atau seperti takhayul-takhayul lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun