Selamat malam diari, sebelumnya maafkan aku. Aku memang tengah asyik bercerita melalui tulisan, aku memang lebih menikmati semakin akrab dengan seputar dunia tulis menulis.
Ya sih, memang terkadang aku keterlaluan. Makanya, maafkan aku diari. Setiap lembar putihmu, kini berisikan cukup banyak tulisanku.
Diari... malam ini aku ingin sedikit bercerita, bahwa aku sangat menikmati asyiknya berkompasiana. Memang betul! nggak mungkin dong aku bohong, kan bohong itu dosa loh! hehehehe.
Kompasiana adalah sarana yang sangat pas dan lengkap, untuk membaca lalu lanjut menulis. Di kompasiana aku bisa mencoba menulis banyak tema, sesuai kadar ilmu yang aku punya. Asli loh! beneran sesuai kadar sanggupku yang aku mampu mewujudkannya.
Bahkan kamu harus tahu diari, ada beberapa kompasianer yang berhasil membuatku jatuh hati dengan tulisannya. Tulisannya loh ya! bukan orangnya, kan nggak boleh! hehehehe.
Diari... boleh kan ya? untuk beberapa kompasianer yang aku jatuh hati dengan tulisannya, akan aku tuliskan di sini salah satu bentuk terima kasihku, yang bentuknya berupa puisi.
Percakapan kita, cukup melalui hati. Biarkan hati yang mewakili.
Kita bertegur sapa, cukup dengan satu pintu saja, pintu bahasa.
Kita berharga, tiada memaksa. Kita bisa, tanpa bisa yang bisa saja meracuni.
Kita adalah semoga. Tersentuh kata, bahasa rasa, tanpa gelora. Apa yang kita cari, bernama makna. Bukan sia-sia.
Ah diari... sebenarnya masih banyak yang ingin aku utarakan. Namun sepertinya cukup dulu untuk malam ini, perutku mulai menari-nari! sepertinya aku mulai grogi nih! mesti ngopi dulu, sekalian menikmati roti isi.
Terima kasih diari, aku izin dulu ya. Menulisnya udahan dulu ya. Selamat malam yang kesekian.
Bandung, 27 Januari 2021
