Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendaki Gunung

26 Oktober 2020   10:16 Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Diolah penulis dari Pixabay


Satu kejadian yang memang sama sekali tidak direncanakan. Satu kejadian yang sungguh menegangkan, satu kejadian yang menyajikan dan dipenuhi beberapa aneka ketegangan, dari beberapa ragam adegan.

Satu kejadian yang tentunya adalah salah satu proses pembuktian. Satu petualangan yang memang jadi suratan. Mau tidak mau, ya harus dibuktikan yang bertujuan membuktikan kekuatan, ketangguhan. Selain mencoba mengukur kedalaman lembah yang cukup curam, juga bergelut dengan ketinggian.

Adegan pertama, tentu saja pemanasan. Langkah-langkah kecil yang tersusun cukup rapi, sembari menyusuri rerimbunan adalah salah satu diantaranya. Duh! cukup merepotkan, tapi menyenangkan sih sebenarnya.

Adegan kedua masih betah menyusuri, apalagi ketika tiba saatnya menemui yang tersembunyi. Nah! sempat langkah terhenti sejenak! antara melanjutkan atau menyudahi. Tapi... pikir kemudian memberikan intruksi! ya sudah lanjutkan saja.

Adegan ketiga mulai ada tampilan sedikit grogi, dikarenakan tiba saatnya untuk mulai mendaki. Tapi memang sih harus diakui, belum tentu ada kesempatan yang lainnya untuk kembali merasakan sensasi yang seperti sekarang ini. Ya sudah! daripada menepi, lebih baik lanjutkan saja tanpa harus banyak basa-basi.

Adegan keempat adalah menuju yang untuk meraih puncak yang lebih tinggi, rencananya sih begitu. Eh ternyata! kaki mulai pegal, lutut agak bergetar, tapi kan gengsi kalau harus turun lagi. Ya sudah! lanjutkan lagi, tapi lebih mengatur tempo.

Adegan kelima adalah sesi terakhir nih, setelah sampai di puncak. Nafas lumayan tersengal, sempat juga terengah-engah. Tapi kan intinya adalah sampai juga di titik utama pendakian, meski memang butuh perjuangan yang tidak bisa setengah jalan. Kan harus totalitas, meraih puas yang rasanya adalah lega juga bebas yang tuntas.

Akhirnya lega juga yang terasa, menikmati yang sekaligus menyusuri dan ada sedikit menyusupi ruang sempit selama proses pendakian.

Satu proses pembelajaran kini termiliki, bahwa mendaki gunung itu memang cukup menguras tenaga dan melelahkan, dan hasil akhirnya memang sungguh tidak mengecewakan.

Memang sih, ada beberapa titik juga yang mesti dilalui. Tapi itulah bagian dari perjuangan, menuju lalu meraih puncak yang sensasinya memang biasa di luar! eh, luar biasa maksudnya.

Salam sehat selalu
DS 26/10/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun