Aku mana mau, sesuai inginnya itu. Berseteru, menggerutu. Lalu benar, hanya menurutnya saja.
Pembenaran itu hanya seolah-olah, relung hati tahu itu. Hati tahu, mana benar kapan salah.
Aku mana bisa, bertutur kata yang bersuara. Suaraku tertahan, tertatih, tertindih.
Tidaklah elok, bilamana berujung melukai, lalu menyakiti.
Hidup tak sebatas hanya, tentang satu sisi saja. Olah pikir peka hati, semestinya seirama.
Cukup sejenak saja, andai lupa menghargai menghormati, mendatangi menghampiri.Â
Kita saling uji, demi teruji. Bukan untuk angkuh, kian membumbung tinggi.
Ridwan Ali, 27072020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!