Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit tentang Filosofi Bola

21 Juli 2020   00:28 Diperbarui: 21 Juli 2020   01:31 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: BolaSport.com


Tepatnya di tahun 1998, terjadi di final Coppa Italia antara AC Milan versus SS Lazio. Saya baru berusia 18 tahun saat itu, seorang pelajar kelas 3 SMA di salah satu sekolah negeri di Kota Bandung. "Sedikit flashback nih, hehehe..."

Alessandro Nesta masih berusia muda, salah satu bek tangguh hasil tempaan tim junior Lazio. Seorang pemain yang kemudian hijrah ke AC Milan beberapa musim berikutnya, hingga akhirnya pensiun dari dunia sepakbola.

Hanya ada dua tim yang dipilih Nesta semasa menjadi pemain, SS.Lazio dan AC Milan, selain tentunya menjadi salah satu pemain timnas Italia bersama Alessandro Del Piero dan yang lainnya.

"Kembali ke inti cerita... dimana salah satu Stasiun TV Swasta terpopuler saat itu hingga saat ini, yang berkenan menayangkan pertandingan final tersebut."

Sesuai fakta sejarah, berhadapan dengan AC Milan adalah Final ke-3 bagi Lazio di ajang Coppa Italia. Dua final sebelumnya, Lazio sekali menjadi juara di tahun 1958, sekali menjadi runner-up di musim kompetisi 1960/1961. Melawan tim yang sama di dua final tersebut, yaitu Fiorentina.

"Kembali lagi ke inti cerita, hehehehe...", di final tahun 1998 tersebut di leg pertama, Milan lebih dulu menjadi tuan rumah di stadion San Siro Milan. Pun tentu saja ada seorang George Weah sebagai penyerang utama tim AC Milan.

Singkat cerita, dalam pertandingan tersebut ada satu momentum yang untuk saya adalah proses pembelajaran. Ya! Penjaga gawang tim AC Milan menendang bola sangat jauh hingga menuju jantung pertahanan tim Lazio, penyerang Milan yang berasal dari Negara Liberia, tentu saja adalah George Weah, yang tepat berada di area kotak terlarang tersebut.

Weah tidak menyia-nyiakan peluang, dengan satu sundulan kepala, Weah mampu mengelabui para pemain bertahan sekaligus sang penjaga gawang Lazio, yang adalah Luca Marchegiani.

Tepatnya di menit ke-90, ketika kedua kesebelasan bermain cukup terbuka sepanjang pertandingan, ketika tensi permainan terasa semakin memanas, lalu gol tercipta! Mengubah keadaan sama kuat 0-0, menjadi skor 1-0 untuk kemenangan tim AC Milan, hingga peluit akhir dibunyikan.

Milan menang, Lazio kalah. Kalah menyesakkan, di penghujung pertandingan. Weah merayakan gol yang diciptakan, para pemain Milan yang lainnya ikut merayakan gol mematikan versi seorang George Weah.

Di leg kedua, di stadion Olimpico Roma, Lazio kembali sempat tertinggal. Namun Nesta dan kawan-kawan mampu membalikkan keadaan, Lazio unggul 3-1. Aggregat menjadi 3-2, dan Lazio tampil sebagai juara Coppa Italia musim kompetisi 1997/1998.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun