Mohon tunggu...
Anggriawan Nova P
Anggriawan Nova P Mohon Tunggu... -

Nothing special from Me. . =)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Anak Berpikir Kritis, Kreatif, Problem Solver

30 November 2010   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11 13678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berpikir kreatif yang tampak pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Berpikir kreatif merupakan sifat yang komplikatif; seorang anak mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas.

Pada dasarnya anak-anak yang berpikir kreatif bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan pada anak yang berpikir kreatif: (1) spontan; (2) rasa ingin tahu; (3) tertarik pada hal-hal ; faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Dengan demikian, peran pendidik sebenarnya lebih pada mengembangkan anak untuk berpikir kreatif. Ada empat Cara Mengembangkan Anak untuk berpikir kreatif
a. Membangun kepribadian
Pendidik dapat membangun kepribadian baik pada anak yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang kreatif. Pendidik yang paham akan senantiasa menstimulasi/merangsang aktivitas berpikir dan bersikap anak. Menstimulasi aktivitas berpikir dilakukan dengan cara menstimulasi unsur-unsur/komponen berfikir (indera, fakta, informasi dan otak). Aktivitas bersikap adalah aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri (beragama, mempertahankan diri dan melestarikan jenis).
Pendidik dapat menstimulasi alat indera anak dengan cara melatih semua alat indera sedini mungkin. Pendidik senantiasa menghadirkan keteladanan yang baik pada anak di mana saja mereka berada. Jadi dapat dikatakan kepribadian menentukan potensi berpikir yang kreatif yang lebih besar.
b. Menumbuhkembangkan motivasi
Berpikir kreatif dimulai dari suatu gagasan yang interaktif. Bagi anak-anak, dorongan dari luar diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan. Dalam hal ini, pendidik banyak berperan. Dengan penghargaan diri, komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka anak akan merasa dipercaya, dihargai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Dengan demikian, anak akan memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya. Selain itu, untuk memotivasi anak agar lebih berppikir kreatif, sudah seharusnya pendidik memberikan perhatian serius pada aktivitas yang tengah dilakukan oleh anak, misalnya dengan melakukan aktivitas bersama-sama mereka. Dengan demikian, sesungguhnya anak memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadikan anak-anak yang berpikir kreatif. Sebagai pendidik senantiasa berusaha untuk memperkenalkan anak dengan berbagai hal dan sesuatu yang baru untuk memenuhi aspek kognitif mereka. Tujuannya adalah agar mereka lebih terdorong lagi untuk berpikir dan berbuat secara kreatif. Dalam memotivasi anak agar kreatif, dilakukan dengan cara menyenangkan dan tidak di bawah tekanan/paksaan.
c. Mengendalikan proses pembentukan anak kreatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam pembentukan anak kreatif adalah:
1) Persiapan waktu, tempat, fasilitas dan bahan yang memadai
Waktu dapat berkisar antara 10-30 menit setiap hari; bergantung pada bentuk kreativitas apa yang hendak dikembangkan. Begitu pula dengan tempat; ada yang memerlukan tempat yang khusus dan ada pula yang dapat dilakukan di mana saja. Fasilitas tidak harus selalu canggih; bergantung pada sasaran apa yang hendak dicapai. Bahan pun tidak harus selalu baru; lebih sering justru menggunakan bahan-bahan sisa atau bekas.
2) Mengatur kegiatan
Kegiatan diatur sedemikian rupa agar anak-anak dapat melakukan aktivitasnya secara individual maupun berkelompok. Kadang-kadang anak-anak melakukan aktivitas secara kompetitif; kadang-kadang juga secara kooperatif. Selain itu pendidik menyediakan satu sudut khusus untuk anak dalam melakukan aktivitas. Sehingga anak difokus pada aktivitas yang diatur.
3) Memelihara iklim kreatif agar tetap terpelihara
Caranya dengan mengoptimal-kan poin-poin tersebut di atas.
d. Mengevaluasi hasil dari berpikir kreatif
Selama ini kita sering menilai kreativitas melalui hasil atau produk kreatif anak. Padahal sesungguhnya proses itu pada masa kanak-kanak lebih penting ketimbang hasilnya. Pentingnya penilaian kita terhadap proses berpikir kreatif bukan berarti kita tidak boleh menilai hasil berpikir kreatif itu sendiri. Penilaian tetap dilakukan. Hanya saja, ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam menilai. Hendaknya kita menilai hasil kreatif anak tersebut dengan menggunakan perspektif anak, bukan perspektif kita sebagai orang dewasa.
Kalau kita mendapati seorang anak berusia 7 tahun dan kemudian dia dapat menyebutkan menggambar mobil, apakah kita akan mengatakan, "Ah, kalau cuma bisanya baru menyebutkan begitu, saya juga bisa." Tentu saja, dalam mengevaluasi proses dan hasil berpikir kreatif harus "open mind" atau dengan "pikiran terbuka". Setiap kali kita mengevaluasi hasil tersebut, kita harus selalu memberikan dukungan, penguatan sekaligus pengarahan. Begitu juga sebaliknya; jauhi celaan dan hukuman agar anak kita tetap kreatif.
Hal-hal dibawah ini harus dilakukan guru agar anak dapat mengembangkan cara berpikir kreatif anak, seperti :
1) Menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan kebebasan bagi anak dalam mengungkapkan pendapat, perasaan dan sikapnya.

2) Guru harus menghormati anak sebagai individu, menghargai keunikan anak.

3) Guru jangan menghargai prestasi anak hanya dengan rangking.

4) Guru harus dapat menjadi model atau panutan bagi anak.
Guru harus menghargai hasil kreativitas dan keingintahuan anak akan sesuatu., jadi sebuah keharusan bagi orang tua atau guru untuk belajar, mengikuti semua perkembangan yang ada agar dapat mengimbangi rasa ingin tahu anak.
1) Guru harus dapat menunjang kegiatan anak.

2) Guru dapat menjadikan anak mandiri dan dapat mengambil keputusan sendiri.

3) Memberikan pujian pada anak bila mereka melakukan sesuatu dengan baik dan mulai mengurangi hukuman.

4) Sering berkomunikasi secara dua arah dengan anak. Gunakan teknik bertanya, sehingga memancing diskusi dengan merangsang rasa keingintahuan anak.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses penambahan informasi dan daya upaya untuk menimbulkan kreasi- kreasi akan kemampuan baru. Proses pembelajaran yang kita berikan harus mengarahkan dan melatih siswa untuk menghadapi masalah baik masalah pribadi maupun kelompok di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah untuk dipecahkan sendiri. Dalam menyampaikan bahan pelajaran kita menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa. Disini siswa dapat menemukan kombinasi aturan- aturan yang dipelajarinya lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Siswa didorong untuk berfikir secara sistematis dan kritis. Selain itu siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan nyata. Dalam memecahkan masalah siswa diajak untuk melihat proses pemecahn masalah tersebut. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya.

Ada beberapa langkah untuk membuat anak menjadi problem solver antara lain: (1) siswa harus dapat merumuskan masalah, disini siswa diharapkan dapat menentukan masalah yang akan dipecahkan. (2) siswa menganalisis masalah, disini siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. (3) siswa merumuskan hipotesis, langkaha ini siswa harus dapat merumuskan berbagaikemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. (4) siswa akan mengumpulkan data, siswa akan mencari dan menggambarkan informasi yang di perlukan dalam memecahkan masalah. (5) Pengujian hipotesis, siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. (6) siswa harus merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, siswa akan menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Siswa dapat dikatakan sebagai problem solver apabila siswa dapat melakukan hal- hal seperti siswa dalam belajar tidak hanya sekedar mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami pelajaran tersebut secara penuh. Selanjutnya siswa mempunyai kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan secara objektif. Selain itu siswa juga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah . dan yang terakhir yaitu siswa dapat memahami hubungan antara apa yang dipelajarinya dengan kehidupan kenyataan dalam kehidupannya(hubungan antara teori dengsn kenyataan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun