Mohon tunggu...
Awalus Shoim
Awalus Shoim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Merasakan, melihat dan berfikir.. Egosentris adalah nafsu dan ambisi, "Sosialita mungkin sebuah kebutuhan"!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

212, Energi Long March dan Cinta..

3 Desember 2016   19:06 Diperbarui: 3 Desember 2016   19:54 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaung akan aksi ini kuat di rasa tidak semakin kendor atau bahkan membosankan karena di rasa pernah ikut di 411, penuh ghirah dan kesyahduan akan pembelaan pada Alquran namun kekhusyuan rasa satunya kita dalam ukhuwah Islamiyah begitu nyata bahkan kebhinekaan dalam keyakinan namun tunggal ika justru hadir dengan tetap pada vokus "adili dan penjarakan penista".

Kalau ada pendapat aksi ini memicu anti kenusantaraan, menafikkan peran pejuang tokoh non muslim, aksi ini adalah penegakan hukum atas penistaan keyaqinan. Justru dengan aksi ini semakin menegaskan akan kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang taat dan yaqin akan besarnya kuasa Allah SWT dan makin menyadarkan bahwa kita pun berbagi kebahagiaan dan penghormatan pada saudara sebangsa atas keyaqinan mereka, tentunya lahirnya Indonesia adalah karena pekikan takbir, Allahu Akbar.

Tepat pukul 00 dari halte Universitas Indonesia penuh antusias dan kuatnya tekad rombongan long march dari Depok berangkat, sepanjang jalan kami mencoba koordinasi menanti rombongan Bogor, rupanya dibelakang dan kami berjumpa saat di manggarai rombongan Garut dan Ciamis, mereka begitu bersemangat dan tapak kakinya sudah seperti mesin 4 tak saat panas.

Sepanjang perjalanan kami dari Lenteng Agung Tanjung Barat Pasar Minggu hingga Tebet dan Jl Minangkabau begitu terharu atas sambutan warga dan suguhan yang diberikan, ini memicu kami untuk semakin meluruskan niat, bukan gagah gagahan, atau selfi ria, atau mungkin euforia semangat saja, sehingga kumandang takbir tahmid tahlil tasbih terus kita pandu, di sisipi sholawat dan nasyid-nasyid penggugah jiwa.

Memasuki Jl Gondangdia dan sekitar kami mulai banyak terpisah karena massa yang tumpah ruah menuju akses Kramat Raya dan Patung Pak Tani, nuansa kebersamaan tetap terjalin saling sapa dan memberi salam, pekik takbir yang saling respon, dari massa dengan tanpa kenal latar belakang daerah asal majelis ataupun model pergerakan dan organisasinya. Berusaha untuk saling menguatkan berusaha untuk berbagi perhatian dan perasaan yang sama di satukan oleh semangat long march pembelaan Al Quran.

Ini adalah demo terdahsyat (walau di kemas dzikir doa dan sholat jumat) yang saya ikuti dari era suksesi jaman Soeharto, Habibie Gus Dur Mega Sby hingga bapak yang sekarang.

Dahsyat karena jumlah massa luar biasa, dahsyat karena tekhnis koordinasi dari beberapa komando sebenarnya tidak mudah di kontrol, selain floating massnya karena simpul komunikasi kuatnya cuma d atas, rantai koordinasi putus saat tumpahan massa berbaur, namun kedahsyatannya adalah pekik takbir dan sholawat, itulah jalur komando yang menguatkan. Dahsyat karena didasari oleh dalamnya kekuatan ta'liful qulub kesatuan hati, bukan membenci tapi tegas untuk mencintai yang berbeda.

Dahsyat di hadiri oleh beberapa imam, ulama, assatidz yang Insyaallah lurus akan niat. Merekapun hadir dari model berfikir dan organisasi keagamaan yang berbeda, tapi hadir atas nama aqidahnya, hadir atas nama Al Qurannya yang dinistakan.

Dahsyat karena buah pikir yang disampaikan dari hati bukan dengan nafsu, lurus bahasa dan doa penuh keteduhan cinta namun tegas dalam pensikapan.

Dahsyat karena jumat di tengah lapang dengan jutaan muslim, jumat dengan qunut nazilah terpanjang dan doa rabithah, jumat dengan sujud air hujan yg bercampur bulir bulir air mata dan detak jantung yang berdebar.

Dahsyat karena saat bubarpun kami begitu tertib dan tanpa keluar kata umpatan, tanpa rasa saling gerah dan mengeluh, tidak ada celah hingga Kwitang, Kramat bahkan antara Cikini gondangdia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun