Ruang penyimpanan arsip kantor polisi, jam 4.36 sore.
Sebuah sore setelah siang yang sangat panas pada hari-hari paling panas di musim kemarau di kantor polisi di ibu kota. Gerah telah menghanguskan sejuk sejak pagi.
Seorang polisi laki-laki berseragam hitam berjalan menyusuri sebuah lorong selebar dua setengah meter. Tangan kanannya memegang sebuah map dengan gambar logo dan tulisan ‘Kepolisian Pusat’. Pada sebuah pintu bertuliskan ‘Pusat Arsip Kepolisian Pusat’ ia berhenti, memutar kunci pintu, lalu masuk ke sebuah aula seukuran setengah lapangan sepak bola. Di dalam ruangan itu ada empat puluh lemari besi besar yang dirancang untuk tahan segala bencana. Lemari-lemari itu digunakan untuk menyimpan arsip-arsip kertas polisi, sebagai cadangan arsip elektronik yang tersimpan dalam mainframe Kepolisian Pusat. Ia berjalan menuju salah satu lemari besi itu.
Map yang dibawa polisi itu berisi laporan penyelidikan kematian seorang tokoh oposan pemerintah yang dibunuh dengan tiga buah tembakan, satu di kepala dan dua di kedua lutut kakinya. Jasadnya ditemukan di sebuah jalan yang menembus hutan di luar kota. Setelah dua tahun penyelidikan, akhirnya Kepolisian Pusat memutuskan untuk menghentikannya. Penghentian ini dikarenakan tidak ditemukannya bukti-bukti yang dapat mengarah pada seorangpun pelaku dan terlebih lagi, karena penyelidikan ini tidak lagi menjadi prioritas kerja kepolisian. Setelah dua tahun, masyarakat sudah melupakan korban dan kejadian. Tidak ada lagi tekanan pada pemerintah dan kepolisian untuk menyelesaikan kasus itu.
Akhirnya ia sampai pada sebuah lemari yang dituju. Ia membuka kunci dan menggeser pintu lemari. Di dalamnya terdapat sebuah rak besar dengan dua puluh laci. Ia menarik keluar sebuah laci dan memasukkan map yang dibawanya. Di dalam laci itu tersusun setidaknya ratusan map lain dengan judul yang sama, ‘Pembunuhan dengan Tiga Tembakan’. Sebagian map-map itu sudah sangat lusuh.
[20070508271] ___ Bagian terakhir dari lima tulisan Sebelumnya: Muson, Halo, Kelvin, Siklon