Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mbok Sum, Penjual Gorengan Raup Sukses di Papua

20 Mei 2014   19:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 3702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_337225" align="aligncenter" width="307" caption="Mbok Sum"][/caption]

Sukses mungkin bagi sebagian orang dapat diartikan banyak harta atau dapat melakukan apa saja, namun bagi Mbok Sum, sukses lain artinya.

"Opo wae sing penting ikhlas njalanin"

Mbok Sum yang Sederhana

Kesederhanaannya mungkin sama seperti ucapan arti kesuksanannya. Menjalani segala sesuatunya dengan ikhlas. Pertama kali saya bertemu di sebuah gerobag gorengan yang cukup terkenal di kota Timika. Sudah beberapa kali rekan saya meyarankan untuk membeli gorengan di depan supermarket sederhana itu namun baru beberapa hari kemarin saya benar-benar membelinya sendiri. Biasanya saya selalu titip teman atau menunggu orang lain datang membawa gorengan khas ini.

Ternyata ada hikmahnya, saat itulah saya bertemu Mbok Sum. Sebenernya wanita yang kemungkinan besar berusia lebih dari 70 tahun ini lebih pantas dipanggil mbah atau oma namun karena cucunya pun sudah terbiasa dengan panggilan mbok maka sayapun ikutan memanggilnya Mbok Sum. Deretan giginya yang hitam karena mengunyah sirih pinang ternyata masih memuat deretan itu kokoh tidak ompok layaknya rekan seusianya. Karena cukup lama menunggu pisang baru masuk ke wajan panas maka ada setengah jam lebih saya mendengarkan kisahnya.

Berawal dari Transmigrasi

Bila selama ini saya hanya sering mendengar kisah para transmigrasi secara tidak langsung, kali ini saya mendengarnya langsung dan tidak tanggung-tanggung, transmigrasi lini pertamalah yang saya saksikan. Mbok Sum yang masih sehat ini bukti ketika 30 tahunan yang lalu dimulai program transmigrasi besar-besaran penduduk Jawa ke tanah Papua. Memang sekali pemberangkatan si Mbok mengatakan bisa 300 orang berangkat dalam satu pesawat Hercules. Tidak perlu membawa bekal apapun, karena nantinya segala kebutuhan papan, sandang sampai pangan akan disubsidi oleh pemerintah. Mereka pun akan diberikan masing-masing lahan sebesar dua hektar untuk diolah.

Uniknya, ketika ditanya kenapa saat itu si Mbok tertarik ikutan transmigrasi, dia hanya nyengir menjawab "Iyo ben iso melu wisata jalan-jalan numpak pesawat nyang Papua". Kontan alasan sederhana itu membuat saya tertawa.  Bersama suami tercinta, si Mbok yang saat itu masih muda pun memulai perantauannya hingga jatuh cinta pada Papua dan menetap selamanya hingga saat ini.

Segala pekerjaan selepas suaminya meninggal pun pernah dijajal si Mbok mulai dari jualan sayuran di pasar hingga akhirnya menjua gorengan. Lucunya, ketika awal menjadi penjual dahulu kala, si Mbok selalu saja mengejar pembeli atau siapapun yang ditemui di pasar jika kedapatan orang itu bicara dalam bahasa Jawa. Maklum saja saat itu masih sedikit orang Jawa sehingga si Mbok kesepian dan ingin memperbanyak saudara. Hingga akhirnya si Mbok mempunyai tiga anak (satunya meninggal karena sakit ketika 25 tahun) dan semuanya pun besar di Papua. Eit..si Mbok juga cerita ketika dirinya nyaris mati karena malaria hingga seminggu lebih dimana saat itu pengobatannya belum semudah sekarang.

Menekuni Gorengan sebagai Bisnis Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun