Mohon tunggu...
Muhamad Affip
Muhamad Affip Mohon Tunggu... lainnya -

Tentu saja tak ada yang tampak luar biasa di sini, tapi ketahuilah, anda bisa saja tertipu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Malam Seribu Bulan

16 Agustus 2011   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari sekarang, malam Nuzulul Quran sampai akhir Romadlon seperti biasa akan ramai orang bicara tentang Lailatul Qodar. Malam yang dikatakan lebih mulia dari seribu bulan. Sesuatu yang biasanya dinanti-nanti, walau mengenai  Lailatul Qodar ini banyak perbedaan pemahaman di kalangan kaum Muslinin.

Ada yang berpendapat, Lailatul Qodar itu malam saat turunnya Al Quran pertama kali, yaitu yang selalu diperingati tiap tanggal 17 Romadlon.  Tapi umumnya di masyarakat orang-orang  menandai  Lailatul Qodar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Pandangan yang umum ini biasanya bersifat mistik atau mungkin klenik. Penjabarannya lebih sering menggelikan daripada membangun sikap keagamaan yang pada pokonya adalah pembangunan karakter manusia (akhlaq).

Banyak cerita beredar, dari yang mengatakan bahwa turunnya ditandai dengan terhentinya seluruh gerak alam sampai adanya ketenangan suasana yang luar biasa. Ada yang bercerita, ketika Lailatul Qodar turun angin yang sedang bertiup tiba-tiba berhenti, air di sungai tak mengalir, daun tidak bergoyang dan sebagainya yang sulit untuk dibayangakan bagaimana semua itu terjadi dan bisa dikenali. Dan biasanya ketika mendengar cerita semacam itu saya lebih banyak diam, saya pikir apa manfaat cerita semacam itu untuk permbangunan akhlaq.

Dan ini cerita jaman saya kecil dulu. Pada suatu hari kakakku mengajak untuk menanti turunnya Lailatul Qodar ini. Dia pada waktu itu entah bercanda atau iseng bilang begini, “Nanti malem ganjil, siapa tahu Lailatul Qodar turun, kita ngumpet di pekarangan, kamu yang bawa karungnya. Nanti pas Lailatul Qodar-nya turun biar aku yang nangkep lalu kita wadahi pake karung.”

Dalam bayanganku waktu itu Lailatul Qodar itu sejenis benda yang melayang-layang dan memancarkan sinar. Seperti yang di film-film, ada benda aneh dari angkasa melayang-layang memancarkan sinar yang tentu saja menakjubkan ketika dilihat manusia. Sesuatu yang tentu saja tak pernah saya temui, bahkan adegan ngumpet di pekarangan bawa karung pun tak pernah kami lakukan.

Kakak saya cuma bercanda ternyata. Canda yang mencerahkan, karena dari candaan semacam itu saya jadi terus berpikir dan mau menyimak banyak penjelasan tentang Lailatul Qodar ini dari banyak orang. Dan yang paling menarik dari banyak penjelasan yang pernah saya dengar yaitu bahwa Lailatul Qodar alias malam yang lebih baik dari seribu bulan adalah malam turunnya Al Quran dan yang mendapatkannya adalah siapa saja yang pada malam hari hidupnya disibukkan dengan keluar rumah untuk mencari orang-orang atau tetangganya yang membutuhkan bantuan darinya. Menyantuni fakir-miskin dan yatim piatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun