Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Ingin Kopi dengan Rasa Premium? Ini yang Harus Anda Lakukan!

31 Maret 2017   08:50 Diperbarui: 1 April 2017   06:30 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendung tampak menggelayut di langit Jatiarjo. Gunung Arjuno yang berselimut awan putih menambah kesan dingin pada kunjungan kami pagi itu. Beberapa mobil lalu lalang melintasi jalan desa. Ada pula bus-bus pariwisata yang menderu menapaki tanjakan jalan desa yang cukup terjal.

Beriringan dengan bus pariwisata, mobil kami pun menapaki jalan yang sama. Kami menuju Rumah Jamur Jatiarjo. Di sanalah rekan-rekan kami, para peserta Sekolah Inovasi Tani, menunggu kehadiran kami untuk berdiskusi. Secara khusus, pertemuan pada Senin (13/03/2017) itu kami niatkan untuk membahas seputar cara pengolahan kopi.

Nuroso Adi, sang ketua kelas menyambut kedatangan kami dengan akrab. Ia mengajak kami bergabung dengan para peserta dan memulai forum. Adi kemudian mengajak peserta lainnya untuk berdiri melingkar. Dalam lingkaran itulah, gelak tawa pecah menyambut permainan yang dipandu oleh Adi.

Seusai memacu semangat peserta dengan permainannya, Adi mempersilakan Nasrun Annahar untuk memfasilitasi forum. Nasrun lantas mengajak para peserta untuk menonton dua buah film dokumenter tentang keistimewaan kopi.

“Kita sebagai petani kopi harus tahu betapa orang-orang di seluruh dunia mengistimewakan komoditas kopi ini. Kalau kita mau menaikkan kelas kopi kita. Kita juga harus mengistimewakan kopi, mencintai kopi dan merawat kopi seperti keluarga sendiri. Sebagaimana yang dibahas dalam film tadi,” ulas Nasrun pasca sesi pemutaran film.

Pria yang sehari-hari bertugas sebagai staf manajemen pengetahuan di program Pendidikan Agrobisnis Desa Inovatif (PADI) tersebut lantas mengajak peserta untuk membaca buku tentang budi daya kopi. Ia membagi seluruh peserta yang hadir menjadi tujuh kelompok kecil. Masing-masing kelompok mendapat bagian untuk membaca dan memaparkan satu bab buku yang telah ia persiapkan. Dengan cara ini, seluruh peserta dapat mengetahui isi buku dalam waktu yang relatif singkat.

Setelah secara bergantian memaparkan hasil bacaannya, para peserta diajak untuk berdiskusi dengan Karnadi, seorang petani kopi sekaligus peserta Sekolah Inovasi Tani dari desa Kalipucang, Kecamatan Tutur, Pasuruan. Pada kesempatan tersebut, Karnadi mengapresiasi pengetahuan yang telah dipaparkan oleh para peserta.

“Semua cara yang dipaparkan tadi betul. Itu yang telah saya dapatkan dari berbagai pelatihan yang diadakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Dan semua itu juga yang saya lakukan dalam budi daya dan pengolahan kopi,” papar Karnadi.

Lebih lanjut, Karnadi menjelaskan mengenai fermentasi kopi. Dalam paparannya, ia menyatakan bahwa terdapat dua jenis fermentasi yaitu fermentasi basah dan fermentasi kering. Kopi arabika umumnya diberi perlakuan fermentasi basah. Sebaliknya, fermentasi kering dilakukan untuk jenis kopi robusta.

“Kenapa arabika cenderung diharuskan diolah basah? Karena kalau diolah kering itu katanya orang Kalipucang gampang kapangen.kopi arabika itu kalau tidak difermentasi basah (disimpan) selama satu tahun itu keropos,lanjut pria yang juga seorang ketua kelompok tani tersebut.

Sebelum melakukan proses fermentasi, seorang petani harus memastikan bahwa kopi yang dipanen adalah kopi dengan kualitas terbaik. Untuk itu, Karnadi selalu memastikan bahwa kopi yang ia panen adalah kopi yang bebas dari hama tanaman. Ia memaparkan bahwa jauh hari sebelum panen, ia melakukan pemetikan kopi yang terserang hama bubuk buah kopi. Dalam Bahasa ilmiah, hama ini disebut sebagai Hypothenemus hampei atau PBKo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun