Mohon tunggu...
Jack Silaban
Jack Silaban Mohon Tunggu... Freelancer - MAHASISWA

ORANG YANG BIASA SAJA DI LINGKUNGAN LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dunia Cemas Memantau Pemilu AS yang Mengarah pada Perpecahan

10 November 2020   09:54 Diperbarui: 11 November 2020   11:36 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: CNBC Indonesia

Pemilihan Presiden Amerika Serikat memanas dengan adanya saling tuduh menuduh, ancaman hukum, dan pertarungan politik yang berlarut-larut membuat masyarakat terpolarisasi yang mengarah pada perpecahan.

Klaim kemenangan awal presiden Trump pada selasa malam dan tuduhan pemilih penipu ditanggapi dengan ekspresi kaget oleh seluruh Amerika, bersama dengan bantahan dari oposisi Trump.

Berikut hasil perkembangan terakhir

*         Pengamat pemilu internasional menemukan bahwa pemungutan suara saat ini "sangat terorganisir dan kompetitif" akan tetapi juga "ternodai oleh ketidakpastian hukum" pada penilaian awal yang dirilis hari rabu. Pernyataan tersebut mengutuk klaim Trum atas pemilih penipu dan menyebutnya "tuduhan tidak berdasar".

*         Kebanyakan di daerah Eropa mengungkapkan ketakutan bahwa situasi di Amerika akan memburuk dengan cepat.

*         Terlepas dari hasil akhir, hasil sementara mengindikasikan bahwa "Trumpism" ada untuk menatap disini, ujar beberapa peneliti pada hari Rabu.

Media di Eropa mempertanyakan apakah Amerika Serikat berada di ambang kehancuran. China mencemooh pemilu A.S. mirip seperti "negara berkembang". Menteri Pertahanan Jerman memperingatkan akan "situasi yang meledak" bahkan sampai pada "krisis konstitusional". Sebuah perusahaan koran yang terkemuka di Brazil meramalkan "serangan kepada dasar-dasar demokrasi dijamin".

Perkembangan pemilihan presiden AS nampaknya masih akan terus menjadi berita utama di berbagai negara.

Setelah kekeliruan Trump dalam menyatakan kemenangan sebelum pemungutan suara dan perhitungan suara pada malam pemilihan, ia menghabiskan sebagian besar waktu pada hari Rabu untuk meratakan tuduhan kecurangan pemilu tanpa bukti.  Trump mengajukan gugatan hukum mengenai suara yang sah dapat dihitung dan tidak. ekerasan.  Akibat ulah Trump, keadaan politik semakin tidak stabil dan banyak pihak takut akan terjadi kerusuhan. 

"Hal ini menjadi sorotan di Amerika dan itu mengganggu dunia yang ingin melihat demokrasi Amerika berhasil," ujar Thomas Carothers, pejabat senior di Carnegie Endowment for International Peace. "Gambaran tentang demokrasi Amerika sudah mendapat banyak pukulan selama beberapa tahun terakhir dan pemilu ini mungkin hanya menambahkannya."

Negara-negara yang sudah lama berjuang dengan demokrasi mulai melihat kondisi politik yang di cerminkan di Amerika Serikat. "Di Afrika itu bukanlah hal yang baru," kata Oliver Dickson, penyiar radio di Johannesburg. "Pemilu gaduh -- sebenarnya yang Trump lakukan -- adalah latihan jangka panjang di sini. Saat demokrasi dibajak, hanya institusinya yang mampu untuk menyelamatkannya."

Proses demokrasi di Amerika Serikat tidak pernah berjalan mulus. Sudah lama ada masalah dalam keuangan kampanye, gerrymandering dan keberagaman yang negatif. Akan tetapi, tidak pernah ada seorang presiden yang sedang menjabat dianggap begitu tajam mencoba merusak proses itu sendiri. Dalam tindakannya, Presiden Trump telah mengikis kepercayaan orang"Hal itu menghancurkan citra Amerika," ujar Robin Niblett, Chatham House, lembaga yang berpikir tentang urusan dunia di London. "Itu merusak pandangannya."

The Organization for Security and Cooperation di Eropa menyerang Trump pada hari Rabu karena "tuduhan tak berdasar" tentang kecurangan yang terjadi pada pemilu dan menyerukan untuk berulang kali menghentikan pemungutan suara di daerah-daerah tertentu yang terlihat melawannya.

Waktu menegangkan bagi demokrasi dunia

"Tidak ada seorangpun -- tidak ada politisi, tidak ada pejabat terpilih, tak seorangpun -- yang dapat membatasi hak rakyat untuk memilih," kata Michael Georg Link, pejabat. "Tuduhan tanpa dasar tentang defisiensi sistematis, terutama oleh presiden yang sedang menjabat, termasuk dalam malam pemilihan, merusak kepercayaan publik pada institusi demokrasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun