Mohon tunggu...
Anifatun Mu'asyaroh
Anifatun Mu'asyaroh Mohon Tunggu... freelance -

Pengangguran yang gemar berkhayal. Penulis pemula-pemalu. Pembaca diam-diam. Saya cinta fiksi 💚...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Tak Sabar Menanti Pagi Tiba

19 Maret 2016   04:41 Diperbarui: 19 Maret 2016   05:08 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tak sabar menanti pagi tiba.

Beberapa baris nada ingin kucoba mainkan, tidak dengan hati-hati karena aku tak bisa berhati-hati. Aku tak mungkin memaksakan jemari belum piawaiku, memetik senar-senar malang yang kian menipis itu, lancang nian di waktu begini, di subuh yang syahdu. 

Aku ingin melengkapi laguku yang belum juga bersyair sejak tahun lalu. Biarpun ini terdengar seperti lagu pengantar tidur, bagiku ini adalah lagu tentangku kepadamu.

Aku telah menjadi pembohong selama setahun, mengakuimu sebagai masa lalu yang sudah mengerak melekat di sol sepatuku. Namun, hatiku selalu tak terima, ia mendadak jatuh sakit setiap aku mengulang mengatakannya kepada pasang-pasang telinga yang tak ambil pusing, pun tak berniat-berminat mengingatnya.

Maka, aku bungkus kebohongan dan kesakitan itu dalam nada-nada sederhana, yang sebentar lagi akan lengkap menjadi sebuah lagu tanpa kata. Tidak ada nada minor, tidak meninggi sering-sering, tidak pula merendah sama sekali. Ini lagu bernada rata, dengan kualitas rata-rata, tapi tentu saja tentang cinta. 

Kusimpan baik-baik, siapa tahu suatu saat kau bersedia menyodorkan kuping. Kuramu pelan-pelan, takut-takut kupingmu terkejut dan menjengit kesakitan. Kupetik satu-satu, aku tak yakin petikan banyak-banyakku mudah untuk kau mengerti. Kurekam ke dalam kotak musik rahasia, semoga suatu saat takdir membantuku membuatmu menemukannya.

Sebentar lagi segera tiba pagi.

Mataku semakin membulat, meski ia belum terpejam barang sekejap. Dawai gitarku memang sudah berkarat, tapi raungannya tak jua berubah sejak kali pertama kupunya. Aku berdoa agar Tuhan melindungi kuping orang-orang beberapa jam nanti. Aku tak akan bermain sesekali hari ini. Aku tak akan membiarkan detik-detik tersisa antara kita, benar-benar hanya menjadi sisa, yang sepi dan melenyap begitu saja. 

Jarak dan waktu yang membentang di antara kita, juga nada dan kata yang tak mewakili kita dalam berbahasa, sebentar lagi aku akan menaklukkan keempatnya tanpa kegagalan. 

Aku tak sabar menanti pagi tiba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun