Mohon tunggu...
Aurellia Jeslyn
Aurellia Jeslyn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

Jeje hobi bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kualitas Pendidikan yang Ditunjang oleh Fasilitas

18 Oktober 2022   19:43 Diperbarui: 18 Oktober 2022   19:50 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam dunia pendidikan, Kualitas pendidikan pada sekolah dapat ditinjau dari keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Kualitas Pendidikan sendiri memiliki ari tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Dalam persolan ini, kuliatas pendidikan sangat disoroti mengingat begitu vitalnya fondasi didalamnya untuk mencapai tidak sekedar tujuan pendidikan saja melainkan tujuan negara itu sendiri. 

Banyak sekali aspek yang sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang ingin dicapai. Aspek yang berkaitan dalam peningkatan kuliatas pendidikan antara lain seperti kompetensig guru, kedalaman materi, dan fasilitas penunjang di dalamnya. Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, standar kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 

Perlu diketahui juga, pengertian dari kedalaman materi adalah rincian konsep-konsep yang terkandung di dalam materi pembelajaran yang harus dipeajari dan dikuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Dan terakhir, tapi salah satu penghambat bermutunya Pendidikan, yaitu fasilitas penunjang yang tersedia di Sekolah. Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha dan merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu kegiatan pembelajaran.  Aspek-aspek tersebut pada dasarnya saling terhubung dan menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya keberhasilan meningkatkan kualitas pendidikan yang utamanya mencapai tujuan utama dari pendidikan itu sendiri.

Pada era modern ini, banyak permasalahan yang timbul dari setiap aspek yang telah disebutkan diatas. Salah satu masalah yang seringkali muncul saat kegiatan belajar dan mengajar adalah ketidakmampuan siswa dalam menangkap serta memahami apa yang sudah dijelaskan oleh seorang guru. Permasalahan tersebut juga dibuat parah dari aspek lainnya (kedalaman materi). 

Masalah itu timbul pada suatu kondisi dimana siswa-siswi cenderung malas untuk mencari referensi bahan belajar dari sumber lain literasi membaca di Indonesia berada di level rendah yakni sekitar 37,32 persen. Indonesia berada diperingkat 75 dari 85 negara dalam soal minat baca, dari sekitar 1.000 orang hanya 1 orang yang suka membaca di Indonesia. Suatu contoh masalah alaminya adalah minimnya budaya literasi anak sekolah. Siswa-siswi cenderung hanya mengandalkan dan terpaku oleh pemaparan materi dari gurunya saja dan tidak ada upaya lain untuk mencari kelengkapan materi pada sumber lainnya. Dari masalah yang dihasilkan kedua aspek tersebut dapat kita lihat pada minimnya pengetahuan umum yang dimiliki oleh setiap siswa.

Tidak berhenti disitu saja, suatu masalah yang terlihat mempengaruhi kualitas mutu pendidikan adalah perbedaan sarana fasilitas pendukung yang tersedia dari suatu daerah dengan daerah yang lain. fasilitas pendukung pendidikan seperti perpustakaan yang lengkap, media pembelajaran (papan tulis ataupun infokus dan proyektor), lapangan olahraga, laboratorium (saintek, language, dan komputer), auditorium, ruang kelas, ruang TU, dan koperasi sejatinya belum mampu terpenuhi secara maksimal pada tiap daerah bahkan dari satu sekolah ke satu sekolah lainnya dalam satu daerah. Tersedianya fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar (Mulyasa, 2003).

Permasalahan yang muncul akibat fasilitas pendukung ini juga tidak hanya disebabkan melalui satu kondisi saja. Selain minimnya dan perbedaan fasilitas pendidikan yang tersedia di daerah terpencil, sarana fasilitas pendukung juga menyebabkan kendala yang lain. Contohnya adalah pendanaan penunjang fasilitas dan perawatan fasilitas. 

Pendanaan penunjang untuk tersedianya fasilitas pendidikan memadai sejatinya belum cukup adil, merata, dan tepat waktu untuk saat ini. Perbedaan ini bisa terlihat jelas pada daerah sekitaran pulau jawa dan daerah Indonesia Timur. Fasilitas penunjang yang tersedia di Indonesia Timur adalah bukti nyata dimana sistem pendanaan penunjang ini belum cukup adil, merata, dan tepat waktu.

Selain itu, masalah pengelolaan dan perawatan fasilitas juga menjadi kendala yang terjadi dalam lingkungan pendidikan. Ketika sudah diberikan fasilitas yang layak dan bagus, seluruh pihak dalam lingkungan sekolah sepertinya sulit tergerak untuk merawat dan mengelolanya agar bisa dipergunakan untuk jangka panjang. 

Permasalahan ini bisa dijumpai di Sekolah pada kota-kota besar. Fasilitas-fasilitas yang sudah dipenuhi dengan kualitas baik justru jarang sekali dipergunakan. Sebut saja salah satu contohnya adalah laboratorium serta perpustakaan. Siswa dan guru cenderung hanya memaksimalkan sarana kelas saja tanpa mencoba untuk menggali keterampilan lewat saran yang tersedia seperti perpustakaan maupun laboratorium. Sejatinya ini cukup disayangkan karena dari dasar fasilitas yang tersedia mampu mendukung kualitas pendidikan yang lebih baik dengan harapan tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Berbicara mengenai kualitas pendidikan dan fasilitas penunjangnya, sejatinya fasilitas mampu membantu mengoptimalkan tingkat dari kualitas pendidikan itu sendiri. Bukan hanya melalui materi saja, namun sarana fasilitas disekitaran sekolah juga mampu memicu kenyamanan siswa dalam belajar. Contoh sederhana saja seperti meja dan kursi pada kelas. Semakin bagusnya kondisi meja dan kursi tentu memacu siswa untuk semakin fokus dan nyaman dalam kondisi belajarnya. Bisa dibayangkan juga bila seorang siswa harus belajar dengan keadaan kursi yang tidak stabil dan meja yang bolong - bolong tentu akan menghambat proses berjalannya pembelajaran. Yang seharusnya siswa bisa stabil dalam posisi duduk namun harus menyesuaikan keadaan dan yang harusnya siswa bisa menulis dengan lancar namun harus terkendala karena kondisi meja yang bolong - bolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun