Mohon tunggu...
Auranita Darmawan
Auranita Darmawan Mohon Tunggu... Copy Editor and Creative Writer - Freelance

Sebagai lulusan Sastra Indonesia, berbicara tentang sastra, bahasa, budaya, dan olahraga jadi pilihan yang tepat. Tak hanya nonfiksi, fiksi juga jadi bidang yang saya geluti.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mindful Eating: Tantangan Ramadan di Era Digital

10 Maret 2025   14:12 Diperbarui: 10 Maret 2025   16:23 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melatih kesadaran terhadap makanan pada bulan ramadan yang serba digital (Sumber: Freepik/freepik)

Mindful eating merupakan pendekatan makanan yang berfokus pada kesadaran sensual dan pengalaman individu terhadap makanan tersebut (Nelson, 2017). Artinya, kegiatan ini memerlukan kesadaran penuh untuk memperhatikan makanan, tanpa menghakimi atau terdistraksi oleh berbagai macam hal. 

Kegiatan tersebut bisa mendorong kita menjadi pribadi yang lebih bersyukur kepada rezeki yang telah diberikan di bulan ramadan. Pada saat sahur, sebagian orang cenderung makan seadanya, tetapi ada yang fokus pada cara bertahan selama 12-13 jam.

Sebaliknya, saat berbuka, kita lebih sering lapar mata sehingga membeli semua makanan yang tampak enak. Dalam pendekatan kesadaran penuh, orang lebih memilih makan sedikit, namun menikmati lebih banyak serta memilih makanan yang sehat. 

Untuk menikmati makanan, praktiknya memiliki tantangan tersendiri di era digital. Banyak orang yang sudah terbiasa makan sambil menonton sesuatu, apalagi dengan adanya Youtube, aplikasi menonton film, dan media sosial yang mudah diakses di mana saja. 

Televisi juga menyajikan acara khusus sahur dan berbuka puasa. Hal ini justru membuat seseorang tidak fokus pada makanan yang dikonsumsi dan mengakibatkan mudah lapar. 

Dengan begitu, banyaknya makanan yang masuk dalam tubuh, tanpa memperhatikan gizi, membuat berat badan bertambah, bahkan berakhir diabetes. 

Selain itu, mengonsumsi makanan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan gagal ginjal dan stroke. Adapun, dari segi psikologis, dapat berdampak pada symtomp stress dan depresif (Setiyanto, 2024).

Setiyanto juga berpendapat bahwa mindful eating memiliki manfaat untuk kesehatan, seperti membentuk kekebalan tubuh, membantu otak, saraf, hormon, dan mental berfungsi dengan baik. 

Baca juga: Lapak Surga Kardono

Untuk mempraktikkan hal ini perlu adanya sikap dasar yang mendukung. Pertama, mengesampingkan pengalaman dan fokus pada penilaian asli terhadap makanan tersebut. Kedua, bersabar untuk memproses makanan yang masuk, mengunyah beberapa kali, dan tidak tergesa-gesa.

Ketiga, tidak berpikir secara berlebihan atau tidak ada ekspetasi untuk mewujudkan sesuatu dalam melakukan mindfulness. Kemudian, menerima makanan tersebut dengan rasa syukur. Terakhir, kerap melakukan meditasi untuk melatih fokus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun