Mohon tunggu...
Auramanur Jafar Sidiq
Auramanur Jafar Sidiq Mohon Tunggu... Seniman - Calon Sejarahan dan Kolektor Property Antik

Kuliah di UIN JKT jurusan Sejarah Peradaban Islam dan sebagai Mahasantri di Ponpes Sulaimaniyah Ciputat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Konferensi Asia Afrika Perspektif Dosen Sejarah UGM Studi Hasil Diskusi Club Educator

17 Oktober 2021   18:59 Diperbarui: 17 Oktober 2021   19:04 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Auramanur Jafar Sidiq, Club Educator, 21070906

April pada tahun 1955, tepatnya di minggu ketiga tanggal 18 terjadi suatu peristiwa yang amat luar biasa bagi negara-negara Asia-Afrika di Dunia. Berkumpulnya 29 negara dari berbagai delegasi, golongan dan lini insan di kala itu, menjadikan kota Bandung ramai penuh- sesak seperti acara tahunan suatu suku adat di panggung bernama Gedung Merdeka. 

Peristiwa ini bisa diibaratkan “Pawai besar skala Internasional” Why? Karena hampir semua golongan masyarakat dan delegasi para negara menyaksikan terjadinya konferensi tersebut. 

Ketika Presiden Soekarno menyampaikan pidato pembukaannya tentang perjuangan dan penderitaan rakyat Asia-Afrika dalam melawan kolonialisme dan imperialisme penjajahan bangsa eropa, beliau mengingatkan kewajiaban memberi arti dan isi pada kemerdekaan suatu bangsa.

“Pawai saja tidak akan membawa integrasi ketika rasa hormat manusia hancur” (Barry McGuire) kutipan inilah yang cocok menggambarkan situasi pidato pembukaan KAA saat itu. Berangkat dari latar belakang itulah negara-negara dari Asia-Afrika berkumpul dan bersatu dalam konferensi ini membangun satu rasa dan juang yang sama untuk mendapatkan “KEMERDEKAAN HAKIKI”. Maka dari itu, presiden Sukarno berusaha untuk memutus tali rantai dari “the life line of imperialism” yang sudah mengakar di Indonesia selama 350 tahun. 

Terdapat 2 aktor intelektual yang berpengaruh dalam proses suksesnya Konferensi Asia Afrika. Pertama para pelajar Cosmopolitan Indonesia di Belanda yang mengembangkan jaringan antikolonial internasional di Eropa pada tahun 1920-an dan yang kedua Sukarno dengan kosmopolitanisme pikirannya yang memiliki gagasan tentang penyatuan gerakan nasionalisme Indonesia dengan Pan islamisme di tahun 1920.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Sebagai diplomat Amerika Serikat, beliau menyakini bahwa negara-negara Asia dan Afrika relatif sama secara Internasional termasuk dalam hal ini adalah perang dingin yang pada waktu itu mulai berpindah ke Asia dari Eropa. 

Menurut bapak Ali Sastroamidjojo sendiri bahwa kerjasama itu bisa direalisasikan kedalam bentuk konkrit karena aliansi informal Asia dan Afrika dalam menyikapi kolonialisme di Afrika Utara. Dalam bukunya yang berjudul Di Bawah Bendera Revolusi, Bung Karno juga sering berbicara tentang perjuangan pembebasan nasional di Afrika Utara. 

Gagasan tentang kerjasama Asia Afrika ini mendapatkan panggungnya untuk pertama kalinya di Konferensi Kolombo yang diadakan di tahun 1954 di Kolombo. Terjadinya konferensi ini awalnya adalah usulan dari Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala untuk mengumpulkan negara-negara Asia ketika itu untuk menyuarakan suaranya dalam politik internasional. Tentunya hal ini dibentuk dari kesamaan historis dan pandangan yang relatif sama.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Yang menjadi pokok pembahasan dalam Konferensi Kolombo yaitu: Menentang senjata nuklir dan alat pemusnah massal apapun, menentang penjajahan kolonialisme, mendukung pembentukan demokrasi, menentang campur tangan negara-negara komunis dan antikomunis, mendukung perdamaian dan keamanan dunia.

1 Bapak Ali Sastroamidjojo secara umum meminta waktu untuk diberikan kesempatan untuk berbicara mengenai gagasannya kerjasama Asia Afrika dan juga didalam bukunya Dr. H. Roeslan Abdulgani itu Ia mengatakan bahwa “Sukarno mendiskusikan perihal hal ini sudah jauh-jauh hari dan sekarang sangat mendukung sekali ini karena menurut beliau kerjasama Asia Afrika ini adalah gagasan yang telah diperjuangkan oleh para pemimpin Indonesia itu sejak masa kolonial”. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun