Mohon tunggu...
Auliyah Fadia
Auliyah Fadia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga - Head of Graphic design in Mind Over Matter Magazine

Tertarik dengan Film dan Media

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Rela Merantau Demi Bermusik, Bagaimana Realita Skena Musik di Makassar?

17 Mei 2023   01:15 Diperbarui: 17 Mei 2023   01:16 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Musisi Asal Makassar, Hirah Sanada  (Sumber : siasatpartikelir.com , 6 April 2023)

PERJALANAN - menuju kesuksesan tidak semulus yang selalu digambarkan oleh pikiran Orang. Tanpa sadar, perjalanan seseorang terus menangkap memori yang datang tanpa mengenal waktu. Entah memori yang mengukir suka, atau menyangkut luka. Ketidakpastian akan masa depan adalah hal yang paling menakutkan bagi hidup seseorang. Tetapi, tidak sedikit dari kita yang mengerti pola dan situasi kehidupan. Ada kemungkinan orang dapat memprediksi bagaimana hidup akan berakhir atau apa yang akan terjadi jika seseorang tersebut mengambil sebuah resiko. Realita sosial-lah yang membentuk seseorang untuk berperilaku demikian.

Hirah Sanada, seorang musisi sekaligus seniman memiliki pandangan yang unik tentang arti perjalanan. Khususnya tentang hambatan perjalanan seorang musisi yang berasal dari kota kecil di timur Indonesia, Kota Makassar. Menurutnya perjalanan adalah kisah hidup yang sebenarnya dibawa oleh realita sosial dan privilese yang didapatkan. Ia mengatakan "Hidup itu keras bagi kita yang tidak memiliki privilese. Jika hidup yang dirasakan pegawai negeri itu keras, bagaimana dengan yang ingin merintis karir di bidang seni atau musik? Apalagi, Kota Makassar bukanlah kota yang besar dan memiliki privilese lebih untuk mendapat validasi dari luar." Itulah hambatan yang selama ini dirasakan Hirah Sanada dan beberapa para musisi lain yang berjuang untuk berkarir penuh di Makassar dan mungkin kota lain yang juga jauh dari jangkauan ibu kota.

Foto : Rock in Celebes  (Sumber: Azizah Diah Aprilya, 6 April 2023)
Foto : Rock in Celebes  (Sumber: Azizah Diah Aprilya, 6 April 2023)

Memangnya bagaimana situasi skena musik di Makassar?

Menurut Hirah, skena musik Makassar ini dikenal memiliki ambisi setinggi langit untuk berkarya dan berekspresi dalam musik mereka, dan juga lagu-lagu di Makassar memiliki keunikan dan tipe yang khas akan budaya dan moralnya. Terdapat sekitar 50-100 lagu yang dirilis dari ratusan Musisi Makassar tiap tahunnya (Hirah Sanada, 2023). Namun, hal tersebut dikalahkan dengan privilese yang dimiliki masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung hingga Yogyakarta. Merintis karir di kota besar dan progresnya menjadi sukses terlihat cukup mudah untuk dilakukan. Sungguh momen yang mengiris hati saat mendengar banyak masyarakat di kota Makassar yang rela merantau demi merintis nama sebagai musisi di kota kota besar tersebut dan melupakan tanah kelahirannya. Perjalanan mereka secara tidak langsung sudah ditentukan oleh stigma dan ketimpangan sosial demi keberlangsungan kehidupan mereka.

Hirah pun juga berpikir demikian. Ia sendiri memiliki rencana untuk menjelajahi Jakarta untuk menjalin relasi dan mencari pendengar yang dapat mengapresiasinya. "Kenapa jauh-jauh ke Jakarta jika bisa di kota asalnya sendiri yang juga merupakan wilayah yang harusnya gampang ia kuasai?" Realitanya, ia berkata bahwa beberapa orang bahkan temannya sendiri kadang gengsi untuk mengapresiasi karya seni hanya karena namanya yang masih dinilai rendah dimata orang-orang. Hanya segelintir orang yang dapat dengan tulus mengapresiasi dan mendukung musisi kecil. Dan itu dialami banyak musisi di Makassar.

Saat dimana suatu hari Hirah diberi kesempatan untuk tampil dengan band terkenal dari Bandung bernama "The Panturas", Ia langsung mendapatkan pujian yang berlimpah dari teman yang sebelumnya tidak bersimpati. Kesedihan dan kekecewaan itu tentu menjadi penyebab utama keinginan para musisi untuk pergi merantau keluar dan mencari lingkungan kerja yang lebih dapat mengapresiasi kerja keras mereka. Semenjak itu merantau dianggap menjadi suatu keharusan untuk musisi timur jika ingin mendapatkan apresiasi secara mental dan finansial yang sepadan. "Berdiam diri dan pasrah akan keadaan bukanlah sebuah jalan keluar" (Hirah Sanada, 2023). Realita dari situasi terkini skena musik di Makassar adalah Kota Makassar masih terlalu kecil untuk orang yang ingin bermimpi besar. Hirah menambahkan "Begitulah realitanya. Waktu akan terbuang untuk menyelam lebih dalam di  kolam yang dangkal."

Foto : Hirah Sanada dan The Panturas  (Sumber : Daffa Ath Naufal, 6 April 2023)
Foto : Hirah Sanada dan The Panturas  (Sumber : Daffa Ath Naufal, 6 April 2023)
Apakah Skena Musik di Makassar akan terus seperti itu?

"Tentu tidak." Ucap Hirah. Upaya yang akan Hirah lalui tentu akan memakan energi dan waktu yang cukup besar. Mulai dari memperbaiki birokrasi skena musik, lingkungan kerja musisi timur, kualitas dan apresiasi orang-orang untuk pegiat musik Makassar. Pengorbanan yang ia lakukan diluar sana akan ia bawa pulang ke tanah ia pertama kali bertumbuh.  Ia akan berkontribusi penuh untuk negara dan kotanya untuk membuktikan bahwa rumahnya, Makassar adalah rumah sejatinya rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun