Mohon tunggu...
Muhammad Aulia
Muhammad Aulia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cyberwar? Indonesia Balik Kanan!

13 November 2017   20:31 Diperbarui: 13 November 2017   20:52 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masihkah Ingat ketika Presiden Jokowi memberikan satement yang bisa membuat masyarakat yang mau berpikir untuk merenung sejenak terhadap keadaan hidup yang semakin berat tantangannya. Saat meresmikan pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2017 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/5/2017) Presiden Jokowi mengungkapkan."Saya ingatkan Bapak-Ibu semuanya. Kita lihat, bicara masalah Tesla Mobile, fantastis, masa depan. Gagasan dia hyperload. 

Berbicara space weight bagaimana mengelola luar angkasa agar berguna bagi manusia. Kita masih berkutat untuk hal yang tidak produktif. Urusan demo, urusan fitnah, urusan hujat-menghujat yang selalu mengembangkan negative thinking. Suudzon terhadap yang lain. Fitnah, kabar bohong. Apakah ini mau diteruskan?"

Harus kita akui Indonesia merupakan negara yang jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain, banyak yang bilang Indonesia itu kaya tapi Indonesia bagaikan "sapi perah yang banyak susunya" jadi ya disedot terus susunya tanpa ada perlawanan. Katanya dulu Indonesia itu sempat menjadi "Macan Asia", katanya juga dulu Indonesia menguasai wilayah yang luas samapi ke dataran China dalam pemerintahan majapahit, katanya dulu juga Indonesia itu juara. Tapi sekarang bagaimana ? Saya anak cucunya hanya merasakan Indonesia sebagai "Macan Asia" tanpa taring, merasakan Indonesia menguasai wilayah tapi masyarakatnya terpecah karena SARA, dan merasakan Indonesia juara sebagai negara yang paling konsisten tidak menang.

Keadaan ini merupakan keadaan yang sangat memprihatinkan kita harus bercermin bahwa masih banyak yang harus kita kerjakan setelah merdeka. Perkembangan teknologi yang sangat pesat menjadi peluang dan ancaman bagi seluruh komponen masyarakat, seluruh aspek kehidupan sekarang sudah "di-digital-isasi" mau cari informasi tinggal buka portal berita, mau kirim pesan bisa lewat surel, mau ketemuan jarak jauh bisa videocall, mau beli barang tinggal ke toko online, mau ke stasiun juga tinggal pake ojek online. Hampir seluruh perilaku masyarakat berkaitan dengan penggunaan teknologi khusunya internet, bahkan sebagian besar masyarakat membuat kuota internet sebagai kebutuhan primernya.

Kemudahan yang diciptakan oleh teknologi sangat memanjakan penggunanya namun hal ini membuat pergesaran perilaku masyarakat menjadi masyarakat yang konsumtif dan kecenderungan Anti-Social sehingga melupakan bahaya dari Teknologi Cyber yang sering menjadi "teman hidup" kita . boro-boro memikirkan bagaimana caranya pergi ke bulan atau cara menghadang "hacker" masyarakat Indonesia masih dalam tahapan bagaimana caranya dapat internet gratis, dapat follower yang banyak, dan bisa update pake foto yang "insta-able." Jadi jangan dulu dibandingkan dengan amerika yang cerita heroiknya sampai bisa "nge-hack" pesawat tempur katanya.

Kanit V Subdit Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, AKBP Purnomo, " Jika dikalkulasi seluruh Polda Se Indonesia, laporan kejahatan media siber ini sangat banyak. Laporan untuk kejahatan Cyber Crime yang mereka sudah diproses pada 2015 dan 2016 berjumlah 1,336 laporan."

Menurut pakar keamanan siber dan kriptografi Pratama Persadha, pengawasan terhadap infrastruktur IT di Indonesia tidak ketat. Apalagi, ia menilai kejahatan siber di Indonesia sudah masuk ke level darurat.

"Para pelaku merasa bebas beraksi dan memanfaatkan kebijakan bebas visa di Indonesia ke ratusan negara, jadinya ini mudah sekali masuk ke Indonesia,"

Untuk informasi, warga negara asing (WNA) disebut sering menjadi dalang kejahatan siber, khususnya di sektor finansial, yang menyerang perbankan di Indonesia. Para pelaku kerap mengatur rencana kejahatan mereka dari luar negeri.

"Kejahatan siber yang paling sering terjadi di Indonesia adalah financial cybercrime dan pelakunya kebanyakan orang asing," tutur pakar komputer forensik Ruby Alamsyah.

Pemerintah dan perusahan tidak luput menjadi sasaran para "Hacker" Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri, Komjen Ari Dono Sukmanto mengingatkan agar semua pihak berhati-hati menjaga laman institusi masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun