Mohon tunggu...
Aulia Gurdi
Aulia Gurdi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

spread wisdom through writing...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berlikunya Perjuangan Membesarkan Bungsuku

12 Juli 2012   01:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:03 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pernah saya nyana, hidup saya dilingkupi banyak kejutan Tuhan. Sejak memiliki si bungsu, ujian demi ujian saya hadapi. Atas semua yang telah saya jalani, membenturkan saya pada satu hal dalam menjalani hidup ini. Tak ada kata lain yang paling tepat untuk mendeskripsikannya selain kata PASRAH. Ya...Pada titik kepasrahan ini, saya temukan betapa maha kuasanya Tuhan. Segala yang terjadi di dunia adalah atas seizinnya, meski seburuk apapun itu.

Tak mudah menjaga anak berkebutuhan khusus. Keterbatasannya bicara dan berkomunikasi, memaksa kita untuk berpikir ekstra, mengerti apa yang ia inginkan dan meraba apa yang ia rasakan. Rasa sakit tak pernah terkatakan, pun rasa sedih tak pernah tersalurkan. Tak ada kamus yang jelas menerjemahkannya. Semua hanya tergambar dalam teriakan, yang seringkali hanya bisa saya terka-terka maknanya. Terlebih anak saya memang masih non verbal, tak sepatahpun kata bisa diucapnya di usia 7 tahun.

Begitu banyak suka duka yang sudah saya lalui dalam mengawalnya. Semakin besar, ia semakin hyperaktif. Berkali-kali saya nyaris pingsan dibuatnya. Namun berkali-kali pula Tuhan menyelamatkannya. Sampai membuat saya percaya bahwa segala ujian seberat apapun yang menimpa, sesungguhnya telah Tuhan berikan sesuai kapasitan mental kita menghadapinya. Tak ada yang melebihi kesanggupan kita. Tuhan sudah menakar segalanya. Dan sungguh, itu benar adanya. DiberiNya ujian sesuai kemampuan kita menerimanya.

Tak sekali dua kali saya kehilangannya. Ia pernah terseret derasnya arus kali seperti yang saya tulis disini. Berkali-kali pergi menyelinap keluar rumah tanpa bisa kembali, hingga satu waktu pernah ditemukan di gorong-gorong air got selokan yang dalam. Dan sekali waktu pula ia hilang saat kompasianer Joshua sedang bertandang ke rumah saya. Perlu waktu setengah hari untuk bisa menemukannya. Joshua menjadi saksi betapa saya menangis pasrah saat itu, tanpa saya tahu kemana saya harus mencarinya.

Beberapa kali terjadi kecelakaan yang membuatnya cedera, terjatuh hingga kepalanya terluka dan memar, berlari menembus keramaian jalan raya, tersengat panasnya setrika baju, tersiram air panas dispenser, memanjat ketinggian seperti, lemari dan menara tangki air, terkunci dalam lemari sliding, berjalan-jalan diatas genteng tetangga, hingga membuat para tetangga saya shock dan kaget.

[caption id="attachment_200002" align="aligncenter" width="332" caption="aksinya memanjat ketinggian lemari yang sempat saya bidik dan di lemari ini juga dia pernah terkunci"][/caption] [caption id="attachment_200012" align="aligncenter" width="322" caption="kepalanya yang terluka karena terjatuh"]

13420202871337346666
13420202871337346666
[/caption]

Terakhir terjadi beberapa hari lalu. Tiba-tiba di sore itu terdengar jeritannya yang melolong. Berhamburan saya yang sedang beres-beres menghampirinya. Seakan masih belum sadar dengan apa yang terjadi. Dia menjerit sambil menyembunyikan tangan kanannya yang mungkin amat sangat terasa sakit. Saat melihat darah mengucur berceceran, barulah saya sadar dengan apa yang terjadi. Ibu jari tangan kanannya remuk dan nyaris putus terjepit pintu gudang dibawah westafel rumah orangtua saya. Jarinya yang mungil robek hingga nampak tulang jarinya. Lemas seluruh badan demi melihatnya menjerit kesakitan. Panik dan seketika mencari apa saja yang bisa menutup lukanya dan bersegera menggendongnya ke klinik terdekat bersama ibu. Menggendongnya dalam keadaan terluka membuatnya semakin histeris. Ia mengamuk. Cakaran tangan dan gigitannya pun memenuhi badan saya, ibu serta sepupu yang saat itu kebetulan ada dirumah saya.

Singkat cerita, saya sampai berganti 2 rumah sakit, karena di RSUD pertama sangat lambat menangani anak saya. Di rumah sakit kedua (swasta) ia segera ditangani. Datang disuntikkan anti tetanus demi terhindar dari infeksi, mengingat sudah beberapa jam ia terluka tanpa penanganan serius. Dipasangkan infus dan dirontgen. Dari hasil rontgen terlihat ada fraktur (patah tulang) yang membuat dokter bedah ortopedi memutuskan untuk mengoperasi jari tangannya. Dengan disertai keterangan tambahan bila pemasangan pen sulit, setengah ibu jarinya ada kemungkinan di amputasi. Ya Allah...berderai lagi airmata saya juga abinya. Begitu ingin saya menggantikan sakitnya. Tiba-tiba rasa bersalah menyelimuti hati. Lagi-lagi saya lalai menjaganya. Untuk kesekian kali.

[caption id="attachment_200018" align="aligncenter" width="369" caption="inilah dia kemarin, terbaring tak berdaya usai operasi, menambah gulana hati saya diliput rasa bersalah"]

134202087723912639
134202087723912639
[/caption]

Lagi-lagi saya pasrah menanti takdir di luar kamar operasi. Bergemuruh hati saya menahan sejuta rasa. Saya kehilangan kata. Hanya bisik maaf saya ucapkan lirih di sela airmata saya. Maafkan ummi yang lalai menjagamu nak...Moga Allah menguatkanmu...Begitu terus berulang-ulang doa saya untuknya.

Lamanya penantian menunggu saat waktu operasi usai, membuat saya, abi, dan neneknya terdiam dan tenggelam dalam doa dan pikiran kami masing-masing. Perasaan tegang dan cemas menyelimuti hati kami. Akhirnya, waktu yang kami nanti tiba. Seorang perawat kamar operasi memanggil kami. Dan memberitahu kabar gembira yang sungguh melegakan. Operasi berjalan lancar. Tangan si kecilku tak sampai diamputasi. Gambaran tulang yang fraktur dalam hasil rontgen ternyata samar dengan kuku sikecil yang memang mencuat dan terlepas saat itu. Hingga jari tangannya hanya dirapikan dengan dijahit. Tanpa harus memasang pen atau mengamputasinya. Subhanallah....lagi-lagi Allah tunjukkan kuasanya untuk kesekian kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun