Mohon tunggu...
Aulia Febrina Maharani
Aulia Febrina Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Hobi menggambar dan tertarik mengenai dunia science dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa UNAIR Tingkatkan Kesadaran Anak terhadap Stunting

6 Juli 2022   13:32 Diperbarui: 6 Juli 2022   13:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada tubuh dan otak anak akibat kekurangan gizi dalam waktu lama sehingga anak lebih pendek dari seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir (Kemenkes, 2018). Kekurangan gizi dalam waktu lama tersebut terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama kehidupan). Anak yang menderita stunting akan mengalami beberapa gejala, seperti berbadan pendek yang tidak seperti teman seusianya dengan proporsi tubuh yang normal, berat badan rendah, pertumbuhan tulang tertunda, dan lain sebagainya.

 

Penyebab utama stunting adalah rendahnya asupan makanan bergizi, vitamin, mineral, serta buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Faktor ibu dan pola asuh dalam pemberian makan juga berpengaruh apabila tidak dapat memberikan gizi yang cukup kepada anaknya. Ibu yang pada saat remaja kekurangan gizi juga dapat mempengaruhi laktasi sehingga dapat mengganggu tumbuh kembang otak bayi. Hal ini juga terjadi akibat rendahnya kesadaran ibu akan kehamilannya. Selain itu, terdapat banyak penyebab sekunder stunting seperti kemiskinan, infeksi, alergi, gangguan mental, sanitasi buruk, kehamilan remaja, hipertensi, dan lain sebagainya.

 

Dampak stunting dalam jangka panjang cukup fatal. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. Dampak utama tersebut dapat mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah apabila anak mengalami keterbelakangan mental. Anak tersebut cenderung tidak dapat produktif dan tidak dapat bekerja seperti orang normal. Hal ini tentu dapat mempengaruhi kondisi keuangannya pada suatu saat. Jika banyak anak yang mengalami hal yang sama, akibatnya adalah jumlah usia produktif tidak sedikit yang mengalami hambatan ekonomi sehingga angka kemiskinan terus bertambah di Indonesia. Stunting juga dapat berdampak lebih luas daripada hal tersebut dalam setiap aspek kehidupan.

 

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENKO PMK RI), Survei Status Gizi Balita Indonesia (SGBI) tahun 2021 menunjukkan bahwa prevalensi stunting berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Angka tersebut tentu bukanlah angka yang sedikit walaupun telah mengalami penurunan yang tidak signifikan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,6 persen seperti yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia tergolong negara dengan predikat jumlah stunting sangat tinggi. Bahkan, Indonesia lebih tinggi dibandingkan Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (14%), dan Singapura (4%). Selain itu, penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan bahwa balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.

 

Tingginya angka tersebut membutuhkan tindakan untuk menekan angka jumlah anak stunting. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Sustainable Development Goals (SGDs) tahun 2030 kepada setiap negara di dunia. SDGs merupakan suatu rencara aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Upaya penurunan angka stunting juga berkaitan dalam tujuan SGDs yaitu pada poin ketiga yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Walaupun demikian, menurunkan angka stunting juga dapat mendukung poin lain pada SGDs yaitu menghapus kemiskinan, mengakhiri kelaparan, pendidikan bermutu, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun