Penulis menggunakan gaya bahasa yang sangat ringan, mudah sekali dimengerti dan terkesan sangat nyata. Banyak sekali kutipan kata-kata yang sukses membuat baper, benar-benar keren!
Â
Sudut Pandang:
Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang pertama. Kadang ceritanya diambil dari sudut pandang Theala, kadang dari sudut pandang Dirga, kadang juga diambil dari sudut pandang Trian. Namun meskipun begitu, ceritanya tetap mudah dipahami kok. Sama sekali tidak terkesan ribet, apalagi sampai bingung dengan ceritanya. Semuanya terbungkus dengan sangat apik.
 Amanat:
Ada banyak sekali pesan yang terkandung di dalam cerita ini. Beberapa diantaranya adalah tentang bagaimana kita harus bisa merelakan sebuah kehilangan, tentang bagaimana untuk bisa berdamai dengan masa lalu, juga tentang bagaimana untuk bisa lebih mendengarkan orang lain meskipun mungkin hal yang mereka bicarakan terkesan sangat sederhana.
Ada satu kutipan yang bahkan sampai saat ini masih sangat membekas di ingatan. "Kadang seseorang itu cuma butuh didengar tanpa diceramahi. Kadang seseorang juga cuma butuh dimengerti tanpa perlu dibanding-bandingkan." -Theala  (halaman 173).
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:Â
Mulai dari cover sampai isi cerita dan gaya bahasa, semuanya sangat luar biasa. Keren! Pemilihan tokoh, latar, juga alur cerita, semuanya benar-benar berhasil membuat pembaca jadi baper. Banyak sekali kutipan-kutipan bagus yang disuguhkan di dalam novel, membuat saya merasa tertampar dengan kata-katanya. Di novel ini juga penulis membubuhkan beberapa istilah asing seperti warsin, penyakit tendinitis, Â tremor esensial, bahkan sampai Alutsista pun ada. Benar-benar sangat bermanfaat karena mampu memberi pengetahuan baru bagi para pembaca khususnya untuk orang awam seperti saya. Semuanya adegan yang ada juga terasa begitu nyata, bahkan saya bisa membaca buku ini untuk yang kedua kalinya dalam waktu kurang lebih 5 jam lamanya.Â
Sama sekali tidak membosankan, justru saya dibawa terlarut dengan novel sampai tidak terasa tiba-tiba saja sudah sampai diujung cerita. Dengan mengambil sudut pandang dari orang pertama, dan memilih gaya bahasa gue-elo membuat novel ini juga terasa ringan. Ceritanya tetap bisa disampaikan dengan sangat baik dan tidak berbelit-belit.Â