Peperangan sudah mulai pada tahap awal, konflik sudah merebak dimana mana dan tidak dapat dihindari lagi. Maka untuk kedepan nya haruslah membuka seluas luasnya pikiran kita terhadap apa yang akan terjadi setelah ini. Semua yang terjadi bukan untuk dihindari namun
untuk dihadapi, sehingga apapun yang terjadi kita harus siap menghadapinya. Melihat kejadian ini, masyarakat haruslah kritis dalam menyikapi gerakan politik dengan menggunakan jargon dan simbol agama untuk kepentingan politik dan ideologi tertentu lewat politisasi dan manipulasi agama agar kita mampu menerawang citra agama berwajah ganda. Karena di satu sisi agama dipuji dan dipertahankan dengan kesuciannya sedangkan di sisi lain dipakai sebagai penghancur peradaban kebangsaan.
Sebagai kaum yang berpikir rasional, tentunya kita dapat menyadari bahwa bukan lagi hal baru ketika dosis agama akan menguat dan memiliki pengaruh pada setiap saat mengahadapi politik. Penggunaan dosis agama dalam berpolitik inilah sering kita sebut sebagai politisasi agama yang didesain dan disusun secara sistematis oleh segelintir orang sehingga menjadi gerakan politik yang sangat massif dan efektif. Jika tidak dicegah maka akan ada kemungkinan ancaman potensi pemecah belah ummat.
*Penulis adalah mahasiswa Semester 1 mata kuliah pengantar Ilmu Politik, program studi Ilmu Komunikasi, FISIP UNTIRTA.