Mohon tunggu...
AUFAN GIFARI
AUFAN GIFARI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Hati

7 Juli 2017   15:44 Diperbarui: 7 Juli 2017   16:06 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://www.amartapura.com

Pernahkah anda membayangkan apabila aktor-aktor politik kita bekerja dengan hati yang bersih dan tulus? Apakah sistem politik di Indonesia akan menjadi lebih baik? Tentu! Mungkin saja Indonesia tidak seperti sekarang, kisruh dimana-mana, konflik, korupsi, kolusi, nepotisme dll.

Maksud dari politik hati disini adalah bagaimana seorang aktor politik melakukan suatu tindakan dalam berpolitik haruslah di mulai dengan mendidik hati agar bersih, bukannya suatu tindakan itu dilakukan dari hati dulu? Jelas, tidak akan ada politik kotor yang kerap mempertontonkan tindakan saling menjatuhkan antar aktor-aktor politik, tindakan memakan uang negara, melecehkan agama, menghancurkan toleransi dan sebagainya kalau aktor-aktor politik kita memiliki hati yang bersih atau mereka memang diciptakan dalam keadaan hati yang kotor? Saya rasa tidak! Karena aktor-aktor politik kita adalah umat beragama dan memiliki keyakinan masing-masing yang tentunya mengajarkan bagaimana mendidik hati mereka, lalu apa yang membuat mereka mengeluarkan kebijakan atau melakukan tindakan-tindakan yang membuat masyarakat menjerit kesakitan? Mungkin anda sudah memiliki jawaban masing-masing.

Hati anda memerintah fikiran atau otak anda untuk merancang suatu tindakan, jika hati anda bersih fikiran anda akan memikirkan sesuatu yang bersih yang kemudian memunculkan tindakan yang bersih pula. Akankah politik hati bisa terwujud? Semuanya kembali kepada beliau-beliau, mas-mas, mbak-mbak, abang-abang, ibu-ibu, bapak-bapak yang ada diatas sana yang dipercayai oleh masyarakat untuk menjadi pemimpin, karena kemungkinan besar apabila pemimpin suatu kaum bersih rakyatnyapun juga akan bersih. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun