Mohon tunggu...
Nor Aufa Azizah
Nor Aufa Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Lambung Mangkurat

Positive Thinking

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Myrdal: Ketimpangan Pembangunan Wilayah Indonesia

8 Desember 2022   07:08 Diperbarui: 8 Desember 2022   07:20 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah ketimpangan pembangunan daerah merupakan masalah yang dihadapi banyak negara, mulai dari wilayah yang lebih kecil seperti kecamatan, kabupaten, dan kota. Masalah ini dapat disebabkan oleh hal-hal seperti keterbukaan suatu negara terhadap pihak luar, yang mengarah pada ukuran pasar yang lebih besar karena lebih banyak orang di daerah maju. Masalah ini seringkali menimbulkan kecemburuan sosial dan kekerasan yang dapat terjadi di berbagai wilayah Indonesia. 

Misalnya, di daerah miskin dan anggaran rendah, pejabat dan kepala dinas mengendarai mobil mewah dan tinggal di perumahan mewah. Belum lagi, kontraktor yang menjadi mitra pemerintah daerah juga hidup mewah sementara masyarakatnya berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Belum lagi perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi alam secara besar-besaran di daerah, masyarakat sekitar hanya bisa menonton dan menjadi penonton, yang mendorong kecemburuan sosial, ketimpangan, dan kekerasan masyarakat berpenghasilan rendah.

Ekonomi pembangunan adalah bidang studi yang melihat cara-cara di mana pertumbuhan ekonomi mempengaruhi berbagai bagian negara. Gunnar Myrdal adalah seorang ekonom terkenal mempelajari masalah ini secara mendalam dan menghasilkan dua istilah untuk menjelaskan dampak pertumbuhan pada berbagai kelompok orang.

 Efek backwash adalah dampak negatif pertumbuhan terhadap orang-orang yang sudah miskin, sedangkan efek penyebaran adalah dampak positif pertumbuhan terhadap orang-orang yang sudah kaya. Efek ini menambah hingga menciptakan peningkatan ketidaksetaraan antara negara maju dan berkembang. Myrdal berpendapat bahwa efek backwash lebih besar daripada dampak penyebarannya. Ini karena efek dispersi (dampak menguntungkan dari pertumbuhan di daerah yang kurang makmur) terbatas pada daerah di sekitar pusat hierarki perkotaan.

Teori Myrdal menunjukkan bahwa polarisasi menjadi lebih umum daripada penyebaran pembangunan, yang berarti bahwa wilayah yang memberikan manfaat bagi masyarakat (seperti kota besar) akan mengakumulasi lebih banyak sumber daya, sedangkan wilayah yang tidak memberikan banyak manfaat (seperti daerah pedesaan) akan menipis secara bertahap. 

Hal ini dapat dimaklumi, karena Myrdal tidak memahami bahwa munculnya titik pertumbuhan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dan merupakan syarat yang diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut di mana pun. 

Fokusnya pada sebab-akibat kumulatif berarti bahwa dia tidak dapat melihat titik balik ketika perkembangan menuju polarisasi telah berlangsung selama beberapa waktu. Hal ini mengakibatkan distribusi pembangunan yang lemah dan tidak merata, atau dengan kata lain, masyarakat yang lebih terpecah di mana orang memiliki mobilitas yang lebih tinggi dan dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Alasan Indonesia memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang rendah adalah karena banyak produk yang masih diimpor dari negara lain, dan banyak bisnis yang tidak terhubung satu sama lain. 

Teori CC (Cumulative Causation) mengatakan bahwa mungkin ada proses konvergen, tetapi bukan karena faktor ekonomi saja. Ada juga faktor kelembagaan, sejarah, sosial, dan budaya yang berperan dalam pembangunan. Meskipun perekonomian membaik sejak krisis, indikator ketimpangan dan kemiskinan masih menunjukkan banyak masyarakat Indonesia yang tersisih secara sosial ekonomi.

Pemerintah, pemerintah daerah, seluruh lapisan masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya perlu mempertimbangkan faktor kelembagaan, sejarah, sosial, dan budaya dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan. Ketimpangan dan kemiskinan Indonesia merupakan masalah serius yang perlu ditangani lebih serius. 

Mencapai pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan, diperlukan model pembangunan yang memperhatikan lokasi kegiatan ekonomi dan penduduk miskin. Prioritas nasional dan regional untuk pembangunan inklusif harus difokuskan pada dimensi spasial, termasuk lokasi sektoral dan geografis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun