Mohon tunggu...
Aufaa Muhammad Irsyaad
Aufaa Muhammad Irsyaad Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa IAIN Jember

COGITO ERGO SUM (AKU BERPIKIR, MAKA AKU ADA)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Honorer di Tengah Pandemi Covid-19

26 April 2020   13:05 Diperbarui: 26 April 2020   12:57 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillah Alhamdulillah semoga para pembaca senantiasa mendapat karunia dan nikmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.

Kali ini penulis ingin membahas tentang bagaimana nasib Guru Honorer di tengah pandemi yang terjadi saat ini di Negara kita.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama Guru adalah suatu profesi yang pekerjaannya membutuhkan keahlian khusus dalam mendidik seseorang. Sedangkan honorer dalam KBBI bersifat menerima honorarium (bukan gaji tetap), menurut Wikipedia Guru honorer adalah guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai calon pegawai negeri sipil, dan digaji per jam perlajaran. Akan tetapi para Guru honorer ini seringkali digaji secara sukarela, dan bahkan ada yang diberi gaji di bawah upah minimum yang telah ditetapkan secara resmi.

Secara kasat mata mungkin banyak yang beranggapan bahwa Guru honorer sama seperti Guru PNS namun jika dikaji lebih dalam lagi ternyata banyak perbedaannya, terkadang mereka bekerja dan mengajar melebihi Guru yang berstatus PNS, apalagi jika mereka mengajar di pelosok negeri ini tentu saja upah yang diterimanya tidak sebanding dengan pengorbanan yang telah ia lakukan.

Baru-baru ini ada kabar bahwa salah seorang Guru honorer di daerah Batam mengaku tidak menerima gaji karena sekolah diliburkan dan diganti belajar dari rumah dan sudah dua hari tidak makan nasi, ia hanya makan jambu biji dan belimbing saja ketika merasakan lapar. 

Kemudian ada kabar lagi datang dari Nusa Tenggara Timur, Guru Honorer tersebut hanya diberi insentif sebesar delapan puluh lima ribu rupiah saja, maka dapat kita bayangkan untuk membeli bahan dapur dan keperluan rumah tangga saja sangat kurang sekali.

Berdasarkan dua berita diatas maka saran saya kepada dinas terkait adalah alangkah baiknya lebih diperhatikan lagi para Guru honorer ini terutama mereka-mereka yang dipelosok dan mereka yang upahnya jauh di bawah standar yang telah ditetapkan. Tolong berikan penghargaan setingginya atas perjuangan yang telah mereka lakukan.

Seharusnya kita dapat meneladani negara Jepang ketika mereka dihantam oleh bom atom, kemudian Kaisar Jepang bertanya pada kalimat pertama yang ia tanyakan adalah "ada berapa guru yang masih hidup". Maka dapat kita lihat pada saat ini, Jepang menjadi negara maju yang hebat, itu semua tidak lepas dari peran Guru untuk menciptakan generasi yang lebih baik dan lebih cerdas.

Karena sejatinya ibu dari segala profesi adalah Guru dan Guru adalah Guru. Maka sudah sepantasnya Negara (Pemerintah dan Masyarakat) harus meletakkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya kepada Guru.

Mungkin itu yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

Semoga Bermanfaat :)

Wassalamu'alaikum Waarahmatullahi Wabarakatuh

TTD, Penulis.

Aufaa Muhammad Irsyaad

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun