Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Eduard Douwes Dekker, Penulis Belanda yang Sudah Banyak Menderita

9 April 2019   09:01 Diperbarui: 9 April 2019   12:06 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eduard Douwes Dekker 

Eduard Douwes Dekker lahir di Amsterdam, 20 maret 1820. Ia termasuk keluarga yang mapan karena ayahnya bekerja sebagai kapten kapal. Beliau memang masih memiliki hubungan darah dengan Ernest Douwes Dekker, salah satu pendiri partai politik di Hindia Belanda, Indische Partij.

Eduard ditempatkan di sebuah kantor kecil perusahaan tekstil sebagai pembantu oleh ayahnya di karenakan merosotnya prestasi Eduard di sekolah sehingga ia dikeluarkan dari sekolah. Selama bekerja, ia bisa merasakan menjadi seorang yang miskin dan berada di kalangan bawah masyarakat.

Pada tahun 1838, Eduard pergi bersama ayahnya ke Pulau Jawa untuk mencari kekayaan dan jabatan di Hindia Belanda dan sampai di Batavia pada tahun 1839. 

Berkat bantuan relasi-relasi ayahnya, Eduard bekerja sebagai pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tiga tahun kemudian ia melamar pekerjaan sebagai ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat. Oleh Gubernur Jenderal Andreas Victor Michiels, Eduard dikirim ke kota Natal sebagai kontrolir.

Namun Eduard ternyata tidak menyukai tugas-tugasnya sehingga ia meninggalkannya. Atasannya yang  mengadakan pemeriksaan menemukan kerugian yang besar dalam kas pemerintahnya. 

Akhirnya Eduard diberhentikan sementara oleh Gubernur Sumatra Barat karena sikapnya yang suka mengabaikan peringatan dari atasannya serta adanya kerugian kas pemerintah. Pada September 1844 Eduard mendapat ijin untuk pulang ke Batavia dan mendapat "uang tunggu" serta direhabilitasi dari pemerintah.

Eduard menjalin asmara dengan Everdine Van Wijnbergen, gadis keturunan bangsawan yang jatuh miskin lalu menikah dengan Everdine pada April 1846. 

Yang saat itu Eduard sudah bekerja di kantor asisten residen Purwakarta sebagai ambtenaar sementara. Kali ini Eduard bekerja dengan baik, mengingat dari pengalaman buruknya saat bertugas sebelumnya. 

Menjadi penulis merupakan salah satu cita-cita Eduard. Sepulangnya dari Hindia Belanda, Eduard membawa macam-macam manuskrip yang diantaranya berisi naskah sandiwara dan salinan surat-surat saat ia menjabat sebagai asisten residen di Lebak. 

Pada bulan september 1859, ketika Istrinya didesak untuk mengajukan cerai, Eduard mengurung dirinya di salah satu kamar hotel di Brussel, Belgia, dan menulis buku Max Havelaar  yang menjadi buku terkenal. Max Havelaar  diterbitkan pada tahun 1860

Buku Max Havelaar
Buku Max Havelaar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun