Mohon tunggu...
Atep Abdul Rohman
Atep Abdul Rohman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri dan Mahasiswa

Pria asal Bandung yang hobi naik gunung tapi takut ketinggian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balasan Tak Disangka

1 Agustus 2022   07:33 Diperbarui: 1 Agustus 2022   12:20 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikala panas menyengat, tak kala mentari melaksanakan tugasnya. Awan-awan menjauh seakan rela Bandung tak hujan lagi. Dua hari yang lalu, hujan mengguyur kota Bandung dengan penuh semangatnya. Gemuruh air yang berjatuhan disertai ledakan petir yang menakutkan tak membuatku gentar untuk latihan persiapan lomba presentasi OSIS, dan hasil latihan itu akan terlihat hari ini. Aku dan temanku Ali akan berunjuk gigi demi mengangkat nama sekolah.

                "Kemarin hujan, sekarang panas," ujarku dalam hati sambil menunggu giliran untuk presentasi di hadapan para juri.

Tak sadar, nama sekolahku sudah dipanggil dua kali. Mungkin akibat menunggu terlalu lama pikiranku terbang entah kemana. Tanpa ba-bi-bu, aku langsung persiapkan semuanya bersama dua orang temanku. Tema yang kami bawa adalah "Pentingnya Teknologi dalam Pendidikan". Walaupun masih banyak yang lebih menarik, tapi itulah kesepakatanku dengan teman yang lainnya.

                Waktu 15 menit telah berlalu, presentasiku pun berakhir. Bagaikan orator yang baru turun dari mimbar, tepuk tangan meriah mengiringi kami hingga duduk kembali ke tempat semula.

"Alhamdulillah, selesai juga nih. Hasan, kita Juara nggak yah kira-kira?" ucap Ali kepadaku dengan perasaan yang penuh harap.

"Kalau nggak juara, berarti usaha kita masih kurang. Lihat nanti aja," jawabku berusaha mengendalikan keadaan agar tidak timbul harapan berlebihan.

                Setelah lama waktu berjalan, semua peserta lomba pun telah selesai menunjukkan usahanya demi meraih gelar sang juara. Waktu senggang ini kami gunakan untuk mengisi perut yang telah lapar. Ketika kami berjalan menuju kantin, terlihat sosok wanita tua renta di pinggir lapangan. Hatiku terpanggil untuk mendatanginya.

"Nek, sedang apa di sini?" tanyaku dengan perasaan khawatir.

"Apa, Dek? Kamu di mana?" Ternyata nenek ini tidak bisa melihat, matanya tidak bisa melaksanakan fungsinya.

Betapa tersentuhnya hati ini melihat Nenek dengan kekurangannya diam di pinggir lapangan yang ramai namun tak ada satu orang pun yang sadar bahwa Nenek ini membutuhkan bantuan.  

"Sebenarnya Nenek tidak tahu ini di mana. Tadinya mau ke rumah cucu, tapi malah nyasar ke sini," ujar Nenek menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun