Mohon tunggu...
Atep Abdul Rohman
Atep Abdul Rohman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri dan Mahasiswa

Pria asal Bandung yang hobi naik gunung tapi takut ketinggian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Takdir Berkata Lain

31 Juli 2022   07:04 Diperbarui: 31 Juli 2022   07:11 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik.com

"Iya, bagi loe itu tak penting, karena tiap hari loe merasakan kebahagian itu! Sedangkan gue?! Apa yang harus gue bahagiain? Orang tua meninggalkan gue dari kecil, keluarga yang lain membenci gue, temen-temen semuanya deket hanya ada maunya, apa yang dapat gue bahagiain?!"

Wanda menjelaskan, berharap Irfan mengertikan keadaanya. Air mata mengalir membasahi pipi, suara tersedu-sedu membuat haru suasana. Irfan semakin bingung tak karuan. Teman sekelas memperhatikan tingkah mereka berdua, seolah-olah Irfan telah berlaku jahat pada wanita bergelar anak jalanan itu.

Beberapa hari setelah adegan dramatis itu, Wanda tak terlihat ujung hidungnya. Suasana menjadi hening tanpa tawa. Sebab biasanya Wanda yang merubah suasana dingin menjadi hangat. Entah mengapa, seakan Irfan merindukan hal itu. Membayangkan bagaimana jika seandainya ada Wanda. Walaupun dia dengan Winda tidak akrab, tapi karena kejadian itu Irfan berpikir untuk tidak terlalu menutup diri darinya. Kasihan Wanda.

***

Lama berlalu, tak terasa duduk di bangku SMA sudah dipenghujung. Hari itu, acara wisuda sedang berlangsung. Tentang Wanda, dia belum juga kembali semenjak menghilang tanpa kabar. Umumnya acara wisuda, tangis bahagia mewarnai suasana. Saling berpelukan disertai ucapan selamat antara guru dan siswa. Ada juga yang berfoto mengabadikan moment terakhirnya di sekolah.

Di tengah-tengah acara wisuda, Irfan melihat sosok wanita di gerbang depan memakai pakaian serba hitam lengkap dengan cadarnya. Ia terlihat menengok-nengok ke tempat wisuda seperti sedang mencari seseorang yang dia kenal. Ternyata tatapannya mengarah pada Irfan. Ia melihat Irfan sambil melambaikan tangannya. Irfan memastikan bahwa yang disapanya itu adalah dirinya. Dari kejauhan, terlihat wanita itu mengangguk. Segera mungkin Irfan menghampirinya. Barangkali butuh bantuan, ujarnya dalam hati.

"Mbak memanggil saya?" tanya Irfan.

"Iya, ini Irfan kan?" tanya wanita itu memastikan.

"Iya, saya Irfan," jelasnya.

"Aku Wafa, alumni SMA ini," jelas wanita itu mengenalkan.

"Oh Mbak Wafa, ahaha gimana sehat?" Mereka saling berbincang menanyakan kabar. Wajar, teman seperjuangan di OSIS dulu menjadikan mereka akrab sekali. Apalagi sudah setahun penuh tak jumpa. Tidak mau lama-lama, Wafa mengakhiri obrolannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun