Mohon tunggu...
Atep Abdul Rohman
Atep Abdul Rohman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri dan Mahasiswa

Pria asal Bandung yang hobi naik gunung tapi takut ketinggian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Takdir Berkata Lain

31 Juli 2022   07:04 Diperbarui: 31 Juli 2022   07:11 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik.com

Hujan membasahi bumi. Mentari tak lagi menyinari. Udara dingin menyelimuti raga dari tadi pagi. Suasana kelas yang menguntungkan bagi sebagian siswa. Guru tak hadir, tugas tak ada, hingga banyak teman memilih untuk tidur menyambung mimpi.

Tidak dengan Irfan, semenjak masuk sekolah ia berjanji pada dirinya untuk belajar sungguh-sungguh. Apalagi sekarang ini, waktu ujian semakin dekat. Ia memilih mengulangi pelajaran daripada tidur di kelas menunggu hujan reda.

"Irfan, kenapa gak tidur?" tanya Wanda mengagetkan.

"Euhh ... Wanda, kirain hantu. Ngegetin aja. Aku gak ngantuk," jawab Irfan sedikit kesal. "Hahaha ... biasa aja kali. Eh Fan, gue mau nanya dong."

"Tumben kamu nanya. Nanya apa?" repon Irfan.

"Emmm ... Gimana sih rasanya bahagia?" tanya Wanda dengan polos.

Wanda memang wanita yang malang. Sedari kecil ia sudah berurusan dengan makhluk dari alam lain. Bayangan-bayangan mengerikan yang menghantui, membuatnya ketakutan setiap hari. Apalagi tatkala menjerit ketakutan karena melilihat mahkluk halus, orang-orang mengira Wanda sudah gila. Bahkan teman-temannya pun tak ada yang mengertikan keadaannya sama sekali. Semua itu membuat Wanda setres, ia ingin mengakhiri hidup secepatnya.

Seiring berjalannya waktu, kemampuan indigo sudah menjadi hal yang biasa bagi Wanda. Bahkan, dia mempunyai teman dari alam lain yang bisa membantunya kapanpun dan apapun yang dia mau. Dari pengaruh itu, Wanda menjadi wanita brutal mengalahkan preman pasar. Ia sering tidak masuk sekolah karena bergaul dengan gengnya. Dan Wandalah pemimpin geng itu. Layaknya anak jalanan, ia nongkrong di pinggir jalan dengan pakaian seadanya. Pekerjaannya membuat onar dengan sekolah lain. Tak jarang, pertumpahan darah antar sekolah terjadi, dan semua itu dipelopori oleh Wanda. Tak ada yang bisa mencegah, laki-laki pun tak ada yang berani kepadanya. Bahkan Irfan sekalipun, ia tak mau berurusan dengan wanita tomboy itu.

"Kringggg ...." Bel pulang berbunyi, hujan pun reda.

"Oalahh. Sudah pulang nih. Nanti aja deh kalau ada kesempatan kita ngobrol lagi ya." Irfan berusaha mengalihkan pembicaraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun