Mohon tunggu...
Rahmayu Attri Murni
Rahmayu Attri Murni Mohon Tunggu... Guru - belajar dan terus belajar

Jangan hanya memandang dari salah satu sisi, agar pandanganmu tidak tersempitkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kamu

2 Maret 2019   09:05 Diperbarui: 2 Maret 2019   09:22 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
flickr.com/photos/gravebone

Panas udara pagi membuat keringat membasahi tubuh mungil sang mentari, ia dia adalah mentari cewek imut yang banyak disenangi pria seusianya, Aku begitu terpesona oleh kemolekannya tapi aku tak berani menyampaikan pesan itu kepadanya, bukan karena aku takut, atau nyaliku kecil tetapi aku tak mau menodai persahabatan yang sudah hamper 10 tahun kami bina.

" Tar..., Tungguin aku dong?" ucapku sambil berlari lari kecil mengejar dia, tapi dia terus aja berlari dan tak menolehku sama sekali, " Dasar... hantik -- chantik budek " umpatku dari belakang dan seketika mentari benhenti dan hamper saja aku menabraknya " Apa? Kamu bilang aku chantik? " ucapnya sambil tersenyum kemudian memandangku dengan centil, pandangan itu yang setiap hari aku rindu "Kamu salah dengar kali...? " ucapku berdalih takut rasa yang kupendam bisa terbongkar oleh dia, bisa mati kutu aku... " dengar dong bintang..." masa suara keras dan brisik dari mulutmu itu ga kutengar, kau kira aku budge apa..." dan bersamaan kami tertawa dan terus berlari mengejar pagi yang hamper ditangkap siang.

" Bin...., Kok sekarang aku sering merindukan kamu ya..., Kamu ga melet aku kan bin " tiba -- tiba mentari bicara dan membuat bakso yang kumakan jadi terseleg, untung bisa cepat teratasi, seketika mukaku menjadi merah padam, untungnya mentari ga mengira aku grogi karena ucapannya tapi bisa jadi dia mengira akibat aku keseleg, dia mengambil air minum dan buru -- buru memberikannya padaku " Maaf ya bin..." katanya penuh sesal, mungkin kasihan melihatku, obrolan tak kami lanjutkan karena buru buru pulang senja sebentar lagi akan dijemput malam, aku bisa diolen mama nya mentari kalau pulang malam, maklumlah tante wulan begitu mencintai mentari, putri semata wayangnya yang PD nya ga ketulungan.

Hari berlalu, minggu berganti bulan dan kamipun naik kekelas XI, karena aku terpilih menjadi ketua kelas, keakrabanku dengan mentari perlahan renggang, mentari sekarang dekat dengan teman sekelasnya, namanya agung, jujur sebenarnya aku cemburu tapi apalah dayaku, karena statusku hanya teman dan mentari tak pernah memperlihatkan tanda -- tanda bahwa ia merinduiku, akupun berkesimpulan pastilah mentari sudah berbahagia dengan cintanya tinggallah aku disini menunggu kapan mentari kan kembali.

"Kamu ga apa apa?" Suara yang beberapa bulan ini sangat kurindu, suara itu yang terdengar pertama kali saat aku membuka mata, kulihat disana ada mentari, ayah dan ibuku, kulihat sekelilingku serba putih, aku mau duduk tapi badanku sangat lemas, " ada apa denganku?" kataku kepada ayah, ibu dan mentari, kupandangi mereka satu, satu kemudian ibu menghampiriku dan membelai rambutku dengan saying " Anak Ibu ga apa -- apa kok, " sambil tersenyum kepada mentari yang masih menunduk dan tak berani menatap wajah ibuku, trus ayahku menyahut dari sudut jendela kamar itu, " ia anak ayah sekarang sudah jadi jagoan " ucap ayah meledek sambil tersenyum, aku mengerutkan dahi mengingat kejadian yang menimpaku, banyangan itu terulang seperti aku sedang memutar video, " ia aku ingat " kala itu aku sedang lewat dipinggiran jalan, kulihat mentari sedang bertengkar dengan agung, melihat posisi mentari yang mengkhawatikan, dan aku tak mau terjadi apa -- apa dengan mentari dan aku mendekati, tapi saat aku mendekat agung semakin kalap, aku tak tau kenapa tiba- tiba ia menerangku dan kami berkelahi tapi dia curang dia menggunakan balok dan memukul kearah bahuku, semua menjadi gelap dank u tak ingat lagi, kulihat bahuku diperban dan kulihat mentari dan kutatap wajah yang sangat aku rindui itu " Tar...., kami ga apa -- apakan? " ucapku lirih sambil menahan rasa pilu dibahuku, " aku ga apa -- apa bin..., makasih ya...!!!" katanya trus ia menunduk lagi ayah dan ibu mendehem dan melihat kearahku dan mentari saling bergantian. " ah.." ayah dan ibu pasti mengira aku dan mentari ada apa -- apa nih... karena dari dulu mereka selalu aja meledekku, herannya aku sangat menyukai ledekan itu.

Sudah seminggu aku dirumah sakit ini, rasanya enggan aku buat pulang, aku merasa suka disini karena aku dapat perhatian lebih, dari ayah, ibu dan tentunya dari mentari, kulihat jam tanganku, "kenapa ya mentari belum juga datang "  aku berucap dalam hati, "apakah mentari masih menjadi kekasihnya agung?' kemeren mereka bertengkar karena apa yah? Kenapa mentari tak pernah cerita, dan kenapa pula agung begitu membenciku ? salahku apa ya? Ah... dunia ini membuatku bingung, rasa ini membuat aku tersiksa, kenapa aku tak bisa mencintai nora, angle, dinda, jelas -- jelas mereka mencintai aku, bahkan sangat sering mencuri -- curi perhatianku malah hatiku tak bisa lari dari cewek munggil sok chantik yang bernama mentari itu...   kunyalakan TV eh... ada music , enji pula yang bernyanyi,aku suka banget nyanyi ini, biasanya nyanyian ini kenyanyikan bersama mentari tapi dalam beberapa bulan ini kami ga pernah lagi nyanyi bersama.

Ku selalu mencoba
Untuk menguatkan hati
Dari kamu yang belum juga kembali

Ada satu keyakinan
Yang membuatku bertahan
Penantian ini kan terbayar pasti

Lihat aku sayang
Yang sudah berjuang
Menunggumu datang
Menjemputmu pulang
Ingat slalu sayang
Hati ku kau genggam
Aku tak kan pergi
Menunggu kamu di sini

Tetap di sini

Jika bukan kepadamu
Aku tidak tau lagi
Pada siapa rindu ini kan ku beri
Pada siapa rindu ini kan ku beri, ooh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun