Mohon tunggu...
Attar Musharih
Attar Musharih Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Attar Musharih

Seorang pengamat bola.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Barcelona DNA Tiki-taka, Euforia La Masia, serta Menatap Musim 2019-2020

12 Juli 2019   22:51 Diperbarui: 12 Juli 2019   23:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto:Bola.Sport

Era baru dan musim baru telah dimulai. Musim 2018-2019 menjadi saksi kembalinya sang ayam jantan Liverpool kembali menaiki takhta menjawarai Liga Champions setelah 3 tahun berturut-turut takhta tersebut ditempati oleh Real Madrid yang merupakan klub paling ditakuti selama dekade terakhir bahkan mereka mendapat penghargaan klub terbaik selama satu abad.

Namun tampaknya mimik menakutkan bagi setiap klub di zona Eropa telah diruntuhkan dominasinya oleh anak muda berlian dari kubu Amsterdam, tak tanggung-tanggung rumah mereka menjadi saksi keruntuhan dinasti kekuatan yang telah mereka bangun dan tak dapat dipatahkan oleh klub manapun dan 3 tahun menjadi jawara Eropa dan klub terbaik di dunia.

Di sisi kejayaan Real Madrid, ada sosok yang dilupakan yakni rival mereka yakni Barcelona yang sebenarnya beberapa kali mampu memberhentikan dominasi El-Real kala mereka bersua, terbukti dari beberapa El-Clasico terakhir Barcelona selalu keluar sebagai pemenang dan memaksa klub ibukota Spanyol tersebut menyerah, tak peduli siapa yang menjadi saksi mau itu rumah kebanggaan raja eropa tersebut sendiri ada disaksikan para Cules di Camp Nou,Barcelona mendominasi laga El-Clasico terakhir ini namun Los-Galacticos selalu berhasil keluar sebagai raja ganas di akhir musim dengan mengamankan gelar impian bagi seluruh klub Eropa yakni UCL.

Memenangkan UCL bagaikan rekreasi serta acara tahunan klub ini, dengan adanya pemain berkelas yang bersatu membentuk tim yang tak terhentikan dan terkalahkan berhasil menuntaskan berbagai raja-raja dari masing-masing negara. Juventus,Bayern Muenchen dan PSG adalah klub yang senantiasa menjadi raja dari masing-masing liga mereka namun pada akhirnya harus bertekuk lutut dihadapan anak asuh Zidane yang benar-benar membentuk Real Madrid sebagai raksasa terkuat di Eropa bahkan dengan tidak terlalu banyak mengubah pemain setiap 3 musim keemasan ini, dengan mengandalkan trio BBC sebagai penghancur gawang serta duo maestro gelandang Kross dan Modric serta sang benteng Ramos telah cukup menjadikan Real Madrid mimpi buruk  bagi raja-raja dari masing-masing negara. 

El-Barca di sisi lain harus gigit jari menyaksikan rival mereka menjawarai 3 kali UCL berturut-turut. Barcelona sedikit lagi membawa pulang si kuping besar musim ini namun mereka harus menelan pil pahit yang seharusnya klub sebesar Barcelona tidak menerima hal memalukan seperti ini. Mereka berhasil mencetak 3 gol dan tak kebobolan sama skali dihadapan ribuan pendukung mereka adalah modal yang luarbiasa namun justru bencana datang saat mereka dijamu oleh Liverpool di Anfield Stadium. 

Ini merupakan pukulan besar bagi Fc Barcelona, mereka memiliki pemain berkelas luarbiasa seperti Messi,Coutinho dan Suarez namun mereka justru berhasil dicukur habis The Reds yang tampil tanpa entrenador andalan mereka yakni Moh Salah dan Firminho. Pada leg pertama dinding Blaugrana berhasil membuat trio SMF gagal merobek gawang namun justru pada leg kedua sang pelapis bernama Divock Origi berasal dari Belgia menjadi mimpi buruk klub ini sepanjang sejarah mereka, serta 2 gol sang supersub yakni Gini Wijnaldum berhasil menendang Blaugrana kembali ke Spanyol setelah dihajar di Anfield Stadium dan dipaksa harus merelakan tiket final kepada the Reds yang memang lebih layak melaju karena dari leg pertama sudah menunjukkan performa yang baik, Barcelona hanya diselamatkan oleh kemagisan Messi dan ketidakberuntungan Liverpool, lini tengah mereka bagaikan kota sunyi yang tidak menunjukkan kekreativitasan dan dinamins permainan Tiki-Taka ala Blaugrana. 

Ini sungguh menjadi masalah besar bagi Barcelona, mereka benar-benar kehilangan jati diri Dna permainan mereka. Di masa keemasan mereka disitulah kita bisa melihat kesenian dari Sepakbola yang dipadukan dengan operan indah dari Xavi dan Iniesta namun era Valverde sekarang hanya mengandalkan Lionel Messi yang berposisi sebagai winger kanan harus mundur menjadi peran nomor 10 sebagai gelandang serang dan menjadi motor serangan Barca yang benar-benar memudar akhir-akhir ini setelah ditinggalkan Iniesta. 

Coutinho tampil tidak seperti yang diekspektasikan padahal dia sempat digadang-gadang sebagai pengganti maestro Iniesta, namun tampaknya dia harus bermain sebagai Winger. Signing Barcelona pada musim 2018-2019 sebenarnya cukup baik namun ada satu nama yang sempat dipertanyakan yakni Arturo Vidal karena usianya yang sudah 31 tahun dan Barcelona membutuhkan pola pikir kreatif gelandang sedangkan Vidal ini cenderung mengarah kepada gelandang defensive minded dan memiliki DNA petarung yang bertugas membersihkan sisi tengah namun kurang dalam membangun serangan khas Tiki-Taka Barca, namun tampaknya Arturo Vidal mampu membuktikan kualitasnya dengan penampilan gemilang di laga-laga penting dengan ciri khas petarungnya. 

Barcelona juga memboyong Clement Lenglet dari Sevilla berusia 23 tahun dan sang benteng ini tampil luarbiasa dan sanggup menggeser Umtiti yang mengalami musim buruk karena diterpa badai cedera, pasangan Lenglet-Pique adalah benteng kuat yang memiliki koneksi sangat baik serta bek berasal dari Prancis ini tipikal bek yang berani berduel dan rela mengorbankan apa saja demi mendapatkan misinya yakni merebut bola dan melindungi area pertahanan. Barca juga memboyong Arthur Melo yang merupakan pilihan sangat tepat mengingat mereka baru ditinggal oleh Iniesta. Arthur adalah tipikal gelandang kreatif yang menunjukkan kualitas yang cukup baik musim ini mengingat usianya yang masih muda yakni 22 tahun, menunjukkan pemain asal kiblat Sepakbola Brazil Samba ini bisa mengembalikan euforia Tiki-Taka di masa depan bagi El-Barca. 

Signing Barca musim ini merupakan pilihan yang tepat karena semuanya tampil luar biasa dan benar-benar berkontribusi baik bagi El-Barca. Namun di sisi negatif dari pembelian Barcelona yang setiap musim jor-joran membuat kita berpikir apakah klub Blaugrana kebanggaan Katalan ini sudah tidak mempercayakan akademi terbaik mereka yang dikenal abad ini sebagai penghasil bakat Sepakbola terbaik mereka yakni La-Masia. Akademi ini menghasilkan emas-emas berlian muda yang berkualitas seperti Abel Ruiz,Carles Alena,Riqui Puig,Sergi Palencia,Oriol Busquets dan Cucurella dan mereka masih saja menghambur-hamburkan uang sedangkan mereka memiliki akademi yang mendidik pemain mereka tanpa perlu berkontribusi nanti saat mereka tiba di tim utama karena sudah mengetahui konsep inti permainan Barcelona dimana mereka sudah beradaptasi di usia masih sangat belia dan memiliki DNA Barca dari muda. 

Bahkan straiker ganas Inter Milan yakni Mauro Icardi juga menimba ilmu di La-Masia bahkan megabintang tak tergantikan El-Barca saat ini adalah Lionel Messi juga menimba ilmu Sepakbolanya dari La-Masia. Iniesta dan Xavi juga berasal dari La-Masia, dan terbukti produk dari La-Masia menjadikan FC Barcelona adalah klub paling fantastis di eranya dan masanya membuat mereka sangat ikonik dan terkenang serta harus diingat bahwa klub kebangaan Blaugrana mendapatkan talenta fantastis ini tanpa merogoh uang sama skali hanya membutuhkan rasa kepercayaan dan senantiasa meningkatkan kualitas pencarian bakat La-Masia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun