Mohon tunggu...
Attar Musharih
Attar Musharih Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Attar Musharih

Seorang pengamat bola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Fantastic Four" ala Barcelona, Bisakah Treble?

8 Januari 2018   21:12 Diperbarui: 8 Januari 2018   21:21 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Bleaccher report.

Fantastic Four ala Barcelona sudah terisi dengan garis serang dengan kaliber nama sekelas Coutinho,Messi,Suarez dan Dembele. Trio latin tridente kembali lagi berasal dari amerika latin, Coutinho permainannya mirip seperti Iniesta dan bisa menjadi gelandang serang bagi trio MSD Barcelona.

Pada awal musim, rencana Barcelona sebenarnya bukan untuk mendekati bintang asal Liverpool dan Brazil ini. Marco Veratti menjadi incaran anyar Barca namun justru Blaugrana justru kehilangan salah satu pemain penting mereka yang sudah mengemas banyak gol dan gelar bersama El-Barca.

Barcelona kecurian dari kota elit Paris. Mereka berhasil membawa Neymar ke Parc de Princess dengan biaya transfer termahal sepanjang sejarah Sepakbola dengan total 210 M. Selain kehilangan Neymar, Valverde dan Bartomeu serta manajemen Barca terpaksa memutar otak karena mereka juga belum bisa mendapatkan Veratti dan mulai melirik Coutinho yang kurang puas berada di Liverpool karena mereka belum juga bisa meraih trofi Liga Inggris.

Pembelian Barca di awal musim adalah nama sekelas Paulinho,Semedo dan Dembele. Semedo dan Dembele sedikit menyatu dengan filosofi dan gaya bermain Barca ala Valverde, sedangkan Paulinho bisa menjadi pasangan emas Messi meskipun tidak sekreatif Xavi dan Iniesta dia bisa membuat bek terlempar dengan badan tangguhnya.

Barcelona selalu dikenal dengan La-Masssianya namun kini situasi sudah berbeda bagi Barcelona. Pada jaman dimana Real Madrid selalu mengambil megastar dari klub lain dan membuat timnya menjadi salah satu tim paling ditakuti,termahal dan disebut dijuluki sebagai keseblasan serba bisa dan impian. Klub Real Madrid berhadapan dengan Barcelona yang isinya sebagian dari akademi nomor satu Eropa namun mereka selalu berhasil mengalahkan mereka. Ronaldinho harus beradu dengan Beckham,Zidane,Ronaldo,Raul,Roberto Carlos dan Iker Casillas. 

Lionel Messi match, dimana kala mega youngstar ini membuktikan kedudukan La-Masia bisa mengalahkan squad termahal Real Madrid. La-Pulga menunjukkan keahliannya dengan mencetak 3 gol ke gawang Iker Casillas meski pada saat mereka tertinggal 3-2, Barca dipaksa bermain dengan 10 orang. Xavi dan Iniesta selalu dijuluki sebagai duo La-Masia. Barcelona yang memang dikenal sebagai musuh dan lawan dari Real Madrid memang selalu membuktikan cara mereka sendiri dalam membangun tim.

Kini klub seperti PSG,Manchester City,Mu dan Real Madrid mengandalkan membangun tim all-star. Barcelona yang ditinggalkan oleh Neymar yang memutuskan untuk berlabuh ke PSG, Barcelona dengan cepat membeli pemain seperti Paulinho dan Semedo, bintang usia 29 tahun ini diprediksi akan meredup di Barca dan hanya makan tempat disana. Ramai yang mengkritik kinerja dan kiprah Fc Barcelona dalam mempertimbangkan soal membeli pemain. Boleh dibilang Barca tidak memikirkan  apa yang diperlukan oleh sebuah tim dimanakala saat itu Barca membutuhkan gelandang tipe kreator seperti Veratti atau Coutinho bukan seperti Paulinho yang petarung.

Musim 2016-2017 boleh dibilang seperti tanda-tanda jalan kesuraman bagi Barcelona. Manajemen sangat buruk untuk memutuskan membeli Andre Gomes, gelandang super mahal berbeda dengan ekspektasi dan membuktikan keterburuannya Barca pada saat mengawali musim itu. 

Andre memang main dengan cukup baik tetapi sekali lagi bukan tipe gelandang yang cocok dengan Barcelona. Di garis depan kita memiliki Pistolero,Messi dan Neymar (yang musim tersebut masih di Barca) kreator bagi El-Tridente itu sangat kurang, Iniesta dikurangkan jam main karena sudah memakan usia, Busquets adalah tulang punggung dan boleh dibilang kreator dan playmaker di bagian belakang pendamping bagi Pique dan Mascherano. dengan terpaksa pemain seperti Messi dan Neymar harus bermain sebagai playmaker dan fullbacks tepaksa lari sampai melewati batas kotak tajam penalti.

Dari beberapa pertandingan, Andre Gomes kebanyakan hanya mengoper kebelakang. Ini sangat terburu-buru dan gerakan buruk bagi Barca. Denis Suarez didatangkan hanya sebagai pengisi setia bangku cadangan padahal dia adalah gelandang yang sangat cocok sebagai penyodor bola dan playmaker masa depan Barcelona. Andre Gomes justru lebih cocok menjadi sosok Raki dan tidak cocok bermain bersama Rakitic karena itu akan membunuh garis serang Barca demi menyerang karena kurangnya gelandang tipe playmaker.

Kalau dibahas ulang di musim sebelumnya, Enrique selalu memasang taktik trio gelandang Busi,Raki dan Gomes, membuat Neymar dan Messi turun sebagai playmaker. Formasi Barcelona juga kadang tidak simetrik, misalnya Gomes justru dimundurkan bersama Busi, Alba maju sedikit menjadi sayap sedangkan Roberto tetap pada posisi sebelah kanan dan tidak semaju dengan Jordi Alba atau tidak sejajar. Ditinggalkan dengan Neymar musim ini mempengaruhi performa El-Pistolero yang berubah drastis, dimana kala di musim 2015-2016 dia selalu mendapat situasi manis satu lawan satui dan berhasil sebagian besar kini Suarez harus lebih bermain di kiri dan hanya mendapatkan penetrasi dari overlapp Alba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun